Mohon tunggu...
Yazid Bustomi
Yazid Bustomi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Universitas PTIQ Jakarta dan Mahasantri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences. Mengikuti beberapa organisasi intra dan ekstra kampus.

Pemuda kelahiran betawi yang berat menolak ajakan ngopi gratis, suka baca, murah senyum, dan suka bengong. Tertarik dengan kajian keislaman dari perspektif timur maupun barat, sastra, dan filsafat. Bercita-cita memiliki kontrakan 12 pintu sambil menjalankan usaha ayam geprek di masa tuanya nanti.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kritik Terhadap Shahih al-Bukhari di Masa Lampau

20 Maret 2024   00:09 Diperbarui: 20 Maret 2024   05:04 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Pribadi Penulis

Kritik Sanad

Kritik ini dilontarkan oleh al-Daruquthni terhadap hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. melihat seorang wanita di rumah Ummi Salamah dengan luka memar di wajahnya. Kemudian beliau bersabda "Obatilah wanita itu dengan jampi-jampi(ruqyah)". Hadis ini diriwayatkan oleh 'Uqail, dari al-Zuhri, dari Urwah secara mursal. Begitupula riwayat Yahya bin Sa'id, dari Sulaiman bin Yasar, dari Urwah berstatus mursal. Terputusnya sanad di sini ialah karena riwayat pertama menggugurkan dua rawi, yaitu Zainab binti Abi Salamah dan Ummi Salamah. Sementara riwayat kedua hanya menggugurkan Zainab binti Abi Salamah.

Dua riwayat hadis mursal di atas hanyalah sebagai pembuktian bahwa hadis yang diriwayatkan Bukhari juga terdapat pada riwayat lainnya. Periwayatan demikian disebut sebagai mutabi' atau syawahid. Di sisi lain, yang dijadikan sebagai hadis pokok atau utama pada peristiwa tersebut berstatus shahih. Sehingga kedua riwayat yang mursal tadi tidaklah berpengaruh apa-apa kecuali hanya sebagai istisyhad(pembuktian) akan keberadaan riwayat lainnya.

Kritik Aspek Pribadi Perawi

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang ditolak periwayatannya ialah dikarenakan lima hal, yaitu ghalat(sering keliru dalam meriwayatkan hadis), jahalah al-hal(tidak dikenal identitasnya), mukhalafah(bertolak belakang maksudnya dengan periwayatan dari perawi yang lebih tsiqah), bid'ah(melakukan atau meyakini perbuatan yang dapat menyebabkannya kafir), dan da'wa al-inqitha' fi al-sanad(rawi dituduh menyebutkan sanad yang tidak bersambung). Dalam Shahih al-Bukhari tidak ditemukan faktor-faktor ini pada perawinya.

Contoh perawi yang dipermasalahkan ialah Usamah bin Hafsh al-Madani. Al-Azdi menilai Usamah lemah hadisnya, sedangkan al-Lalkai mengatakan bahwa Usamah tidak dikenal identitasnya. Dalam Shahih al-Bukhari, ia tidaklah meriwayatkan hadis kecuali hanya satu hadis yang terdapat dalam kitab al-Dzabaih wa al-Shayd. Dalam Mizan al-I'tidal, al-Dzahabi mengatakan bahwa Usamah dikenal identitasnya. Imam-imam hadis yang empat(Abu Dawud, al-Tirmidzi, al-Nasa'I, dan Ibnu Majah) pun berpendapat sama dengan al-Dzahabi. Tuduhan jahalah al-hal di sini hanyalah berasal dari sejumlah tokoh hadis yang berlawanan dengan pendapat tokoh hadis yang memperoleh pengakuan ilmiah lebih besar. Sehingga pendapat al-Dzahabi dan Imam empat lebih diunggulkan dalam hal ini.

Jelaslah sudah bahwasanya kritik-kritik yang dilontarkan kepada Shahih al-Bukhari tidaklah mengurangi nilai keautentikannya sebagai sebuah kitab yang merekam hadis-hadis Nabi yang berkualitas shahih. Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun