Mohon tunggu...
M. Yazid Baidhawie
M. Yazid Baidhawie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir tidak sekedar menjadi pengamat perubahan belaka, tetapi menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Berubah untuk menjadi lebih baik dan memberi manfaat bagi sekitar...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pelajaran Cantik dari Dong Yi

12 Juli 2011   23:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:43 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13105118071666160571

Dalam satu bulan ini ada satu waktu yang saya tunggu kehadirannya menjelang rehat siang, jam 12. Karena ada salah satu TV swasta yang menayangkan sebuah drama klasik negeri ginseng bersetting kerajaan tahun 1600 an yang penuh dengan intrik, kisah cinta, penghianatan dan sebuah konspirasi. Dong Yi, seorang anak perempuan keturunan rakyat jelata dalam drama tersebut menjadi sebuah simbol berpolitik yang ternyata tidak harus menjadi buas dan menghalalkan segala cara demi sebuah kekuasaan. Sehingga ada seorang sakti yang meragukan kesaktiannya karena merasa heran dia mencium "Aroma Surga" pada si kecil Dong Yi yang hanya seorang anak yang tidak diperhitungkan lagi papa. Seiring dengan perjalanan waktu, Dong Yi dapat masuk ke lingkaran istana karena ada seorang Raja yang terkesan dan akhirnya jatuh cinta kepadanya ketika raja tersebut mengadakan incognito menjadi seorang rakyat biasa. Ada banyak peristiwa dan hikmah yang dapat kita ambil dalam kisah Dong Yi berikutnya, salah satunya adalah  bagaimana seorang Dong Yi yang telah menjadi selir sang Raja harus merelakan terusir dari istana selama 7 tahun demi menyelamatkan kerajaan hanya akibat fitnah-fitnah politik yang mengarah pada dirinya. Apabila kita refleksikan pada kondisi bangsa kita saat ini, terdapat banyak kemiripan kisah drama Dong Yi tersebut. Apalagi menjelang Pemilu 2014 dan suksesi kepemimpinan Nasional yang terlalu banyak intrik-intrik politik yang membuat rakyat menjadi lelah dan bingung. Bagaimana kebohongan, fitnah dan adu domba seolah-olah menjadi konsumsi sehari-hari. Hal ini menjadikan sebagian rakyat menjadi skeptis terhadap dunia politik Nasional dan menjadikan mereka  memilih "Golput" (meskipun sebenarnya ini bukan pilihan). Ironisnya mengapa mereka yang mengaku sebagai Golput tetapi masih mengakui dan menggunakan produk politik  dalam kehidupan mereka, seperti Undang-undang, peraturan sampai dengan gaji yang harus mereka terima. Kondisi bangsa kita saat ini sangat memerlukan penyelamatan agar tidak lebih terpuruk dan menjadi hancur. Diperlukan seorang atau bahkan banyak Dong Yi untuk dapat mengatasi persoalan bangsa. Dan sesuatu yang tidak bijaksana apabila kita membiarkan negara kita dalam kondisi rusak sementara kita tidak turut memperbaikinya. Lalu apakah dengan kita membiarkan begitu saja kemudian keondisinya menjadi lebih baik? Wallahua'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun