Mohon tunggu...
Yazid Emyu
Yazid Emyu Mohon Tunggu... -

segala yang ku corat-coret adalah anugerah

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Pengasih Susu

27 November 2011   15:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:07 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sore yang tenang, terlihat induk kerbau sedang menyusui anak-anaknya dipinggiran lelumpuran pantai. Anak-anak kerbau itu teramat senang, karena sungguh baiknya ibunya itu. Hingga ada dari salah satu anak kerbau itu berkata “bu, kenapa susu ibu tidak dijual saja?, kan nanti dari penghasilan itu bisa untuk membeli kandang yang bagus seperti rumah orang utan kaya.”. mendengar apa yang dikatakan anaknya itu, ibu kerbau tersenyum dan menanggapi pertanyaanya “nak, untuk anak ibu sendiri saja masih kurang kan, dan kalau orang utan kaya itu mereka mendapatkan uang dari hasil pemerkosaan para ibu-ibu hewan,dan kemudian menjual anaknya, menjual susunya, lalu tubuh hewan yang diperkosa itu ditaruh di dapur untuk makan sehari-hari..”.

Lalu datanglah dua ibu-ibu babi. Babi itu teramat murah senyum, mereka pun menyapa ibu kerbau yang sedang menyusui anak-anaknya, dan langsung saja ibu-ibu babi itu melewatinya.

Di tengah perjalanan ibu-ibu babi itu melihat seekor anak sapi yang sedang menangis. Hingga ibu babi itu menanyakan kepada anak sapi itu “nak, mengapa kau sendirian?”, anak ssapi itu menjawabnya dengan tangisan dan diselip senyuman, “ibu saya sudah dimakan oleh bapak saya, bapak saya orang utan yang tinggal di pepohonan tinggi dan indah. Saya menangisi ibu saya, dan saya menertawakan bapak saya yang memberikan katurunan untuk bisa lompat-lompatan”.

Karna melihat badan anak sapi yang begitu kerempeng dan matanya yang seperti bende, ibu babi itu langsung saja membuka dada susunya, dan memberikan air susunya untuk anak sapi itu. Setelah itu, ibu-ibu babi itu meninggalkannya.

Sepanjang perjalanan, ibu-ibu babi itu melihat pemandangan yang semakin tidak indah di pantai-pantai dan hutan-hutan. Mereka pun tidak tau mengapa bisa demikian.

Sesampainya ditengah hutan rimba, mereka bertemu dengan anak orang utan, anak itu menanyakan “punten nyai-nyai, kalau boleh tau nyai-nyai ini dari mana ya?, apakah sewaktu nyai-nyai kesini melihat anak sapi yang terlantar ?”. salah satu ibu babi itu kaget, bahwasanya mengapa ada saja orang utan yang begitu sopan. Dan tidak lama-lama ibu babi itu mengatakan bahwa ditengah perjalanan mereka menghampiri seeokor anak sapi yang seperti gepeng (gelandangan pengemis), dan ibu babi itu menunjukkan dimana dia berada. Dengan tenangnya anak orang utan itu mendengarnya. Langsung saja anak orang utan itu ingin segera menghampiri anak sapi.

Akhirnya anak orang utan sampai di tempat beradanya anak sapi itu. Tapi, sepertinya anak sapi itu merasa ketakutan dengan datangnya anak orang utan itu. Hingga anak sapi itu berlari-lari tak tau arah tujuannya. Dia begitu lebih katekutan, karna anak orang utan pejantan, dan dirinya hanya betina lajang biasa.

Dan yang terjadi kemudian adalah sebaliknya. Anak sapi itu mengejar anak oran utan, dengan seperti itu anak orang utan merasa ketakutan dan berteriak-teriak “pappa.. papaa.. anak mamma jahhaaaat..”, “hei kau ini gila kali ya, masa cewe mengejar cowo !!”. Tapi, nampaknya tetap saja anak oran utan itu ketakutan.

Anak sapi itu berkata pada anak sapi, “heisapi, papamu itu sudah memperkosa mamaku, tapi mengapa anaknya pun ingin memperkosa juga?”. Anak orang utan menjawab “aku juga tidak tau, tapi yang jelas aku tau kau anak dari papaku. Disana aku punya mama yang berwujud sama seperti aku, mereka kaya, tapi dia pelit dengan sama sekali tidak memberikan setetespun air susunya kepadaku. Makanya aku mencarimu, karna kita bernasib sama, sama-sama terlantar”.

Tak sedikitpun anak sapi itu merasa kasihan. “Kau boleh merasakan air susuku, tapi tidak gratis, kau harus bayar” kata anak sapi. Anak oran utan itu pun berkata “mengapa begitu, kita kan saudara. dan bagaimana caranya untuk membayarnya, sebab sepeserpun aku tak punya”. Anak sapi itu menjawab “kau bisa membayarnya dengan menghiburku, kau punya pisang permanen itu, dan aku suka itu”.

Karna tak ada pilihan lain, anak orang utanpun menyetujuinya. Karna dia anggap hati senang, walaupun tak punya uang.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun