Mohon tunggu...
CAHYO BASKORO
CAHYO BASKORO Mohon Tunggu... -

Lahir di Pubalingga, lulus SD di Sokaraja,Banyumas, tamat SMPN2 TanjungKarang , Lampung,lulus SPP-SUPM Bogor 1982, 1994 peroleh AMd.Pi di Jepara. 1997-sekarang sbg karyawan PT.Wachyuni Mandira (CP Prima Grup). Sejak remaja selalu menyukai kajian psikologi, Filsafat dan Biologi. Tidak suka semua olahraga permainan /game, tapi sangat gemar Hikking. Selalu membuat coretan gambar kartun, dimana pun berada. Tidak suka sinetron TV, tapi sangat gemar serial investigasi & film animasi 3 D. Paling hobby berpikir dan merenung renung tentang apapun yg dilihat mata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah sang teroris !!

15 Juli 2010   22:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:50 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bangsa ini bukanlah baru sekarang ini mengenal kompor Gas. Dari dulu kompor gas telah digunakan oleh sebagian warga masyarakat  yang notabene adalah masyarakat menengah keatas. Sehingga, kompor ini (dgn tabung berisi 12 dan 50Kg) terkesan sebagai barang mewah dan hanya berada di kota kota besar dan terpasang di dapur dapur yang permanen /  mewah. Selama itu pula kita hampir tidak pernah mendengar berita tentang kecelakaan   kompor Gas yang  meledak.               Tetapi sejak digulirkan kebijakan alih minyak tanah ke Gas oleh pemerintah , kejadian kejadian buruk terus menyertainya, yaitu meledaknya (atau terbakarnya) kompor Gas tersebut yang disebabkan oleh kebocoran Tabung, selang atau regulatornya.  Secara fisik , ada sedikit perbedaan antara kompor Gas  yg bertabung 12 Kg dgn yg 3Kg, tapi perbedaan tersebut tidak prinsip, hanya soal kualitas dan beberapa asesoris tertentu.             Karena kebijakan ini ditujukan kepada masyarakat menengah kebawah, maka korban yg terbanyak akibat dari meledaknya kompor tersebut adalah kaum lemah pula. Masyrakat marginal.                Entah karena para korbannya cuma terdiri dari kaum bawah atau memang masih bingung, maka pemerintah terkesan amat lambat dalam mengatasi maraknya kecelakaan Kompor ini. Korban yang meninggalpun semakin banyak. Kita tidak pantas untuk menyebut angka statistik (misal, dengan membandingkan jumlah total kompor yg beredar dan kompor yg meledak) untuk mengecilkan tingkat kecelakaan kompor ini. Karena setiap  Satu nyawa  dari warga negara negara ini amat sangat berarti. Dia punya kaitan dengan jiwa yg lain, anak, orang tua, adik, kakak, sahabat dll. Janganlah nyawa warga negara yg berdasarkan ketuhanan ini diabaikan hanya demi tercapainya efisiaensi APBN belaka.                 Densus 88 telah berhasil mengatasi teror yang dilakukan oleh kelompok teroris nasional sekelas Dr.Azhari dan Nurdin M Top, tetapi saat ini hampir semua warga masyarakat dibuat was was bin cemas oleh "tindakan teror" yang dilakukan oleh kelompok teroris baru yang bahkan telah menyusup ke tiap rumah warga , disegala penjuru nusantara :Tabung Gas 3 Kg.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun