Mohon tunggu...
H. Yayat Nurhidayat. S.TP.
H. Yayat Nurhidayat. S.TP. Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Rajagaluh

Praktisi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksi antar Materi, Pembelajaran Berdiferensiasi

17 Juli 2021   21:25 Diperbarui: 17 Juli 2021   21:26 4200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2.1.9. Koneksi Antar Materi - Pembelajaran Berdiferensiasi

 

A. Pembelajaran Berdiferensiasi

Modul Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, banyak mengubah pemikiran setiap guru dalam hal melakukan pembelajaran yang baik dalam memenuhi kodrat anak untuk mendapatkan haknya untuk belajar tanpa terkecuali. Pemikiran filosofi Pendidikan Ki hadjar Dewantara tentang konsep menghamba dan menuntun serta mengarahkan murid menuju kebahagian dan kemerdekaan dalam belajar. Guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.

Setiap harinya, tanpa disadari, setiap guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses pembelajarannya.

Pembelajaran itu harus dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid diantaranya dengan memperhatikan karakateristik dan keberagaman murid baik minat maupun potensi murid. Seorang murid memiliki minat. potensi dan keahlian atau hobi masing-masing murid yang berbeda-beda. Kita tidak boleh menyeragamkan suatu kurikulum pembelajaran yang sama ke semua murid yang ada di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu .

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pada proses pembelajaran ini kita menekankan pada kebutuhan individu, mengapa demikian? Ya, karena kita tahu bahwa setiap anak itu unik, mereka punya ciri khas masing-masing. Setiap anak terlahir dengan kodrat alam dan zamannya, guru hanya bisa menuntun lakunya bukan kodratnya. Maka dari itu sebagai guru kita harus memperhatikan kebutuhan belajar setiap murid yang berbeda. Namun demikian, bukan berarti kita mengajar dengan berbagai cara yang berbeda dalam suatu waktu. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi harus berpedoman pada kebutuhan belajar individu dengan terlebih dulu melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, kesiapan, dan profil belajar murid di dalam kelas.

B. Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi

Guru harus dapat merancang lingkungan belajar yang "mengundang" murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi dan memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses pembelajaran. Berikut ini beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merancang pembelajaran di kelas :

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Jadi sebelum melakukan Pembelajaran berdiferensiasi terlebih dahulu Guru harus melakukan identifikasi kebutuhan belajar seluruh murid dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnyauntuk menciptakan lingkungan belajar yang "mengundang' murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, melakukan penilaian berkelan-jutan, menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut dan pengelolaan manajemen kelas yang efektif guna tercapainya tujuan pembelajaran.

Menuru Tomlinson (2001) menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan harus berdasarkan 3 aspek yaitu kesiapan belajar (readiness) murid, minat murid dan profil belajar murid.

1. Kesiapan belajar murid

Kesiapan menjadi hal yang paling penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. Kesiapan belajar menjadi dasar yang kuat bagi guru untuk membuat sebuah perencanaan level materi apa yang cocok bagi mereka, tindakan yang bagiamana yang akan dilakukan dan assement seperti apa yang akan diberikan. Kesiapan ini membantu guru untuk mengkreasi keterampilan seperti apa yang disesuaikan dengan level mereka. Cara yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat kesiapan mereka bisa dengan bertanya atau memberikan test awal terkait materi yang akan disampaikan.

2. Minat belajar murid

Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat 'terlibat aktif' dalam proses pembelajaran. Murid akan merasa dihargai dan diakui eksistensinya jika keragaman dan keunikan minat mereka selalu diperhatikan. Kebermaknaan pembelajaran akan lebih terasa dan teresapi oleh murid jika proses pembelajaran yang dilakukan direlevansikan dengan minat mereka. Motivasi belajar mereka akan muncul dan meningkat ketika minat mereka selalu diperhatian dan dijadikan dasar dalam pembelajaran. Maka penting bagi seorang guru sebagai meneger mengelola kelas, menyediakan meja-meja atau area minat yang akan diakses dan digunakan saat mereka belajar. Pencapaian pengetahuan dan keterampilan sama dengan cara yng berbeda yang disesuaikan dengan minat mereka.

3. Profil Belajar Murid

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain.

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil.

Profil belajar murid harus dijadikan sebagai dasar dalam membuat sebuah perencanaan, pemantauan peningkatan kemajuan hasil belajar, catatan perubahan dari sebelumnya dan rencana tindak lanjut yang akan digunakan. Kebutuhan-kebutuhan belajar tersebut harus mampu terakomodir dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru dapat menggunakan pendekatan sedikitnya pada tiga aspek berikut:

1. Konten

Konten merupakan informasi apa yang akan disampaikan atau materi apa yang akan diajarkan kepada murid dengan tetap memperhatikan kebutuhan murid. Konten juga mencakup materi dan masukan atau maeri pelajaran yang disesuaikan dengan tingkatannya. Konten yang bersifat tantangan diberikan kepada muridyang telah memahami materi. Dalam diferensiasi konten guru dan sekolah harus bekerja sama menyediakan daya dukung kepada murid untuk mengakses materi. Guru juga memodifikasi kurikulum dan materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar, kesiapan dan minat murid.

2. Proses

Dalam diferensiasi proses berhubungan dengan bagaiamana cara murid berinteraksi dengan konten. Guru harus mampu mengoptimalkan pengalaman setiap murid; memberikan arahan yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing murid, berusaha memvariasikan kemajuan belajar; menyajikan berbagai varian ekspresi; memberikan keleluasaan muriduntuk memilih caranya sendiri yang disesuaikan kebutuhan mereka untuk mencapai penguasaan materi dan keterampilan yang sama; guru berusaha untuk menciptakan aktivitas yang selaras dengan modalitas pembelajaran yang disukai murid.

3. Produk

Dalam produk merupakan hasil kreasi murid yang berwujud seperti rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Esensi produk yang selalu mempertimbangkan kebutuhan muridsetidaknya memuat stimulus untuk memikirkan kembali pengalaman belajar yang telah dilalui, mengembangkan dan memperluas pengetahuan, dan menunjukkan apa yang telah dipelajari murid. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai muriddan memberikan materi berikutnya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan muridseperti gaya belajar juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar murid.

B. Kaitan Antara Materi Modul 1 dan Modul 2.1 

Menurut Ki Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.

Guru Penggerak yang didukung nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif dan Inovatif berusaha selalu untuk menjalankan perannya dalam mendukung "Merdeka Belajar" guna memnuhi kebutuhan murid dalam belajar. Budaya Positif dengan menggunakan Rancangan Perubahan "IA" digunakan dalam menciptakan lingkungan pembelajaran nyaman dan menyenangkan serta yang berpihak pada murid dengan mengakomodir kebutugan semua dan keberagaman murid dalam belajar. Guru harus terbiasa jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan murid dalam belajar, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua keberagaman tersebut harus kita akomodir dalam proses pembelajaran.

Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan dengan pendekatan Inquiry Apresiatif (IA) itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak untuk selalu berusaha menciptakan sekolah impian dengan budaya positif sekolah dan pembelajaran yang berpihak pada murid, mendukung " Merdeka Belajar" . Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pada proses pembelajaran ini kita menekankan pada kebutuhan individu, mengapa demikian? Ya, karena kita tahu bahwa setiap anak itu unik, mereka punya ciri khas masing-masing. Setiap anak terlahir dengan kodrat alam dan zamannya, guru hanya bisa menuntun lakunya bukan kodratnya. Maka dari itu sebagai guru kita harus memperhatikan kebutuhan belajar setiap murid yang berbeda. Namun demikian, bukan berarti kita mengajar dengan berbagai cara yang berbeda dalam suatu waktu. embelajaran berdiferensiasi harus berpedoman pada kebutuhan belajar individu dengan terlebih dulu melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, kesiapan, dan profil belajar murid di dalam kelas.

Guru pada saat membuat perencanaan, pelaksaanan, assessment, dan rencana tindak lanjaut dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta itu semua terjawab dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Kita juga tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki murid dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Berbekal kekuatan yang dimiliki murid kita akan lebih mudah untuk melakukan perubahan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang selalu memperhatikan kebutuhan murid. Secara sadar displin positif akan tumbuh dan terbiasa dilakukan murid karena apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran bediferensiasi sudah diselaraskan dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui eksistensinya maka mereka otomatis akan melakukan tindakan yang berbudaya positif sebagai bentuk timbal balik dari pembelajaran berdiferensiasi.

C. Kesimpulan

Sesuau dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah. Keberagaman kebutuhan murid dalam pembelajaran harus benar-benar diperhatikan , ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua keankaragaman murid tersebut harus kita akomodir dalam proses pembelajaran dalam mengwujudkan pemenuhan kebutuhan belajar murid.

Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak. Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Salah satu usahanya adalah dengan merancang dan melaksanakankan pembelajaran berdidiferensiasi dalam memenuhi kebutuhan setiap individu murid yang beraneka ragama dalam kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi harus dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan belajar murid diantaranya dengan memperhatikan karakateristik dan keberagaman murid baik minat maupun potensi murid. Seorang murid memiliki minat. potensi dan keahlian atau hobi masing-masing murid yang berbeda-beda. Kita tidak boleh menyeragamkan suatu kurikulum pembelajaran yang sama ke semua murid yang ada di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu .

Berikut Infografis Koneksi Antar Materi Modul Pembelajaran Berdiferensiasi :


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun