Dalam diferensiasi proses berhubungan dengan bagaiamana cara murid berinteraksi dengan konten. Guru harus mampu mengoptimalkan pengalaman setiap murid; memberikan arahan yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing murid, berusaha memvariasikan kemajuan belajar; menyajikan berbagai varian ekspresi; memberikan keleluasaan muriduntuk memilih caranya sendiri yang disesuaikan kebutuhan mereka untuk mencapai penguasaan materi dan keterampilan yang sama; guru berusaha untuk menciptakan aktivitas yang selaras dengan modalitas pembelajaran yang disukai murid.
3. Produk
Dalam produk merupakan hasil kreasi murid yang berwujud seperti rekaman, infografis, poster, video presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Esensi produk yang selalu mempertimbangkan kebutuhan muridsetidaknya memuat stimulus untuk memikirkan kembali pengalaman belajar yang telah dilalui, mengembangkan dan memperluas pengetahuan, dan menunjukkan apa yang telah dipelajari murid. Produk pembelajaran memungkinkan guru menilai materi yang telah dikuasai muriddan memberikan materi berikutnya. Dengan mempertimbangkan kebutuhan muridseperti gaya belajar juga menentukan hasil belajar seperti apa yang akan ditunjukkan pada guru. Guru berusaha untuk menyediakan berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan belajar murid.
B. Kaitan Antara Materi Modul 1 dan Modul 2.1Â
Menurut Ki Hajar Dewantara, guru diibaratkan seorang petani dan murid adalah benihnya. Seorang petani tugasnya adalah merawat dan menjaga benih-benih itu, tentu saja benih yang tumbuh itu berbeda-beda dalam perkembangannya dan juga berbeda jenisnya. Misalkan untuk merawat benih jagung tentu saja akan berbeda dengan merawat benih padi. Seorang petani harus memberikan perawatannya sesuai dengan kebutuhan benih-benih yang berbeda tadi sampai semuanya berbuah.
Guru Penggerak yang didukung nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif dan Inovatif berusaha selalu untuk menjalankan perannya dalam mendukung "Merdeka Belajar" guna memnuhi kebutuhan murid dalam belajar. Budaya Positif dengan menggunakan Rancangan Perubahan "IA" digunakan dalam menciptakan lingkungan pembelajaran nyaman dan menyenangkan serta yang berpihak pada murid dengan mengakomodir kebutugan semua dan keberagaman murid dalam belajar. Guru harus terbiasa jeli dalam melihat keberagaman kebutuhan murid dalam belajar, ada yang lambat, sedang, dan cepat. Ada yang suka agama, sains, seni, olahraga, dan sebagainya. Ada yang suka belajar dengan cepat melalui penglihatan, pendengaran, atau kinestetik. Semua keberagaman tersebut harus kita akomodir dalam proses pembelajaran.
Kita sadari betul bahwa untuk melakukan sebuah perubahan dengan pendekatan Inquiry Apresiatif (IA) itu dibutuhkan tekad dan upaya yang keras, konsisten, dan berkesinambungan serta kolaborasi dengan semua pihak untuk selalu berusaha menciptakan sekolah impian dengan budaya positif sekolah dan pembelajaran yang berpihak pada murid, mendukung " Merdeka Belajar" . Untuk itu seorang guru harus mempunyai sebuah visi yang jelas, visi yang berpihak pada murid, visi yang terukur dan realistis sesuai dengan kondisi dan lingkungan masing-masing. Melangkah sedikit demi sedikit dan konsisten dilakukan lebih baik daripada berlari namun terus berhenti.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pada proses pembelajaran ini kita menekankan pada kebutuhan individu, mengapa demikian? Ya, karena kita tahu bahwa setiap anak itu unik, mereka punya ciri khas masing-masing. Setiap anak terlahir dengan kodrat alam dan zamannya, guru hanya bisa menuntun lakunya bukan kodratnya. Maka dari itu sebagai guru kita harus memperhatikan kebutuhan belajar setiap murid yang berbeda. Namun demikian, bukan berarti kita mengajar dengan berbagai cara yang berbeda dalam suatu waktu. embelajaran berdiferensiasi harus berpedoman pada kebutuhan belajar individu dengan terlebih dulu melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan minat, kesiapan, dan profil belajar murid di dalam kelas.
Guru pada saat membuat perencanaan, pelaksaanan, assessment, dan rencana tindak lanjaut dalam pembelajaran berdiferensiasi. Dibutuhkan pendidik yang terampil dan berkompeten sehingga mampu berkontribusi secara aktif untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid atau pembelajaran yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta itu semua terjawab dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Kita juga tidak menghilangkan kekuatan yang dimiliki murid dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi. Berbekal kekuatan yang dimiliki murid kita akan lebih mudah untuk melakukan perubahan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang selalu memperhatikan kebutuhan murid. Secara sadar displin positif akan tumbuh dan terbiasa dilakukan murid karena apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran bediferensiasi sudah diselaraskan dengan kebutuhan mereka. Mereka merasa dihargai dan diakui eksistensinya maka mereka otomatis akan melakukan tindakan yang berbudaya positif sebagai bentuk timbal balik dari pembelajaran berdiferensiasi.
C. Kesimpulan