Menjelang tibanya musim hujan, ada kerinduan tentang suasana di teras rumah ketika saya masih kecil, sebelum Bapak dan Ibu tiada. Bercengkerama di teras rumah adalah kebiasaan kami di kala hujan.
Entah apa yang menjadi alasan saat itu, apakah mencari kehangatan atau sekadar menyimak hujan yang sedang beradu dengan bumi. Momen seperti ini adalah momen kehangatan yang selalu kurindukan ketika sedang hujan.
Teh adalah minuman sederhana yang menjadi favorit banyak kalangan di seluruh dunia. Tradisi minum teh di Indonesia boleh dikata sudah ada sejak dulu. Dari kampung yang berada cukup jauh di pedalaman hingga ke sudut kota yang perkembangannya cukup pesat, keberadaan teh tak bisa disangkal.
Namun meski keberadaan teh yang ada di mana-mana, beberapa cara penyajiannya terkandang memiliki perbedaan. Tentunya beda tempat, beda penyajian, tergantung dengan budaya dan pengetahuan tentang cara penyajian.
Mengutip Kompas.com dalam artikel yang ditulis oleh Puspasari Setyaningrum terdapat beberapa daerah yang memiliki keunikan tersendiri dalam proses penyajian teh seperti teh tarik di Aceh, teh talua di Sumatera Barat, teh ginastel di Solo, teh poci di Tegal dan teh beras di Sumatera Utara.
Begitu pula dengan berbagai macam jenis teh yang ada di berbagai belahan dunia. Terdapat berbagai jenis teh dengan beragam rasa dan khasiat serta ada pula yang menjadikannya sebagai media pengobatan.
Keragaman jenis teh dan cara penyajiannya ini tentunya akan menjadi budaya dan meciptakan kerinduan bagi masing-masing orang. Hidangan teh dengan kondisi hangat ataupun dingin tergantung dari selera setiap penikmatnya.Â
Apalagi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, hidangan teh semakin turut berkembang. Teh dalam kemasan yang lebih praktis kian banyak diminati kalangan anak muda.
Sajian teh dengan berbagai cara menyimpan banyak kenangan bagi penikmatnya. Sama seperti yang saya rasakan ketika masih bisa menikmati waktu bersama kedua orang tua, merasakan sejuknya suasana teras kala hujan.
Secangkir teh hangat, menghangatkan kebersamaan kami yang ditemani dengan panganan lokal khas kampung halaman seperti cabelong, kopik langi, sanggara unti (pisgor) atau kue orang-orang.