Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saya Orang Turatea, Cukurnya di Pangkas Rambut Madura

4 November 2024   18:24 Diperbarui: 4 November 2024   20:29 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay.com/Jackmac34

Sepertinya akan menjadi lucu atau unik jika kita mendengar ungkapan "orang Makassar makannya di warung padang", atau orang Jakarta makannya coto makasaar, begitu pula dengan orang Palembang makannya soto betawi. 

Saat melintas dari arah Jeneponto-Makassar, kita sering menjumpai toko yang menjual roti maros di Mangadu dan Pallangga. Begitu juga ketika melintas di Pangkep, yang cukup terkenal tahu Sumedang di Pangkep.

Kejadian-kejadian yang tak bisa dipungkiri menjadi hal yang sering kita alami di tengah masifnya tren menggunakan nama-nama daerah dalam mengembangkan suatu bisnis. Tren seperti ini sering kali kita jumpai pada sektor usaha makanan. 

Tetapi, ada satu bisnis dengan menggunakan nama daerah yang menarik dan juga cukup familiar bagi kita yang sering berurusan dengan pangkas memangkas rambut, yakni "Pangkas Rambut Madura".

Berkaitan dengan pangkas rambut,bagi kaum lelaki pastinya sudah menjadi kebiasaan dalam sebulan sekali atau dua kali. Hal ini membuat pekerjaan sebagai tukang cukur kian diminati dan bisnis pangkas rambut kian menjamur dan tak ada habisnya.

Dengan perubahan tren gaya rambut yang selalu berubah, membuat bisnis cukur semakin berkembang dengan pola yang lebih modern seperti barbershop. Namun, meski demikian, tidak membuat pangkas rambut madura yang kehadirannya terbilang sudah cukup lama menjadi tereleminasi. 

Kehadiran pangkas rambut madura sejak dulu hingga saat ini, seakan mempertegas bahwa bisnis semacam ini akan terus hidup, ia seakan mewakili bisnis pangkas rambut dan menjadi lokomotif pengembangan kedepannya. 

Baca juga: Hujan di Hari Jumat

Saya sendiri menjadi orang yang  menjadi pelanggan yang cukup rutin berkunjung ke tempat pangkas rambut madura. Sejak dulu, saat masih berstatus mahasiswa, saat berdomisili di kota Makassar, saya menjadi pelanggan pangkas rambut madura yang cukup banyak tersebar di berbagai sudut kota. 

Pangkas rambut madura yang sering saya kunjungi, seakan memiliki identitas tersendiri dengan warna khas dari tempat ia membuka jasa cukur. Perpaduan wana hijau dan putih menjadi warna khas yang menjadi penanda untuk pangkas rambut madura ini. 

Saat kembali menetap di Jeneponto, daerah yang biasa dikenal dengan Butta Turatea, ketika saya ingin mencukur rambut, pangkas rambut madura menjadi pilihan yang kerap saya kunjungi. Hal ini menujukkan jika pangkas rambut madura bukan hanya berada di kota-kota besar seperti Makassar dan lainnya, tetapi juga merambah hingga ke daerah-daerah sekitarnya. 

Pada bulan Oktober lalu, saat ingin cukur rambut, saya mengunjungi salah satu pangkas rambut madura yang ada di butta turatea yang berlokasi di Jl. lanto Dg. Pasewang Belokallong. Tempatnya berada pas di samping Alfamidi dan tidak jauh dari penjual coto kuda. 

Tempat ini terbilang cukup sering saya kunjungi selain yang berada di Jl. Pahlawan Bontosunggu. Sahrun, tukang cukur yang memangkas rambut saya bulan lalu sudah empat tahun merantau ke Jeneponto, ia buka jasa cukur mulai pukul 09.00-21.00 wita. 

Dengan rasa penasaran saya soal keberadaan pangkas rambut madura ini, saya berbincang dengan Sahrun saat sedang memangkas rambut saya. Saya menanyakan perihal keberadaan pangkas rambut madura yang sepertinya banyak terdapat di seluruh Indonesia.

Sahrun tidak menampik jika keberadaan bisnis pangkas asal Madura banyak terdapat di berbagai kota-kota besar maupun di daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ia menuturkan jika di Jeneponto, bisnis ini hanya ada di sekitar kota dan berada di empat lokasi yang berbeda. Ada yang terletak di Kalukuang (depan kantor Daihatsu), di Jl. Pahlawan Bontosunggu, di batas kota  dan di lokasi Sahrun sendiri.

Sementara itu, di kabuten yang lain seperti Bantaeng dan Bulukumba, terdapat lebih banyak tempat cukur yang dikelola oleh orang Madura. Namun meski demikian, pengelola pangkas rambut madura yang berada di tiap daerah rupanya tidaklah sama. Memang orangnya berasal dari Madura, tetapi ia terkadang tidak saling kenal sebab berasal dari kampung yang berbeda, kata Sahrun.

Di setiap daerah, pangkas rambut madura sebenarnya masing-masing dikelola dengan nama sendiri, hanya saja tetap ditambah dengan nama daerah Madura, seperti yang pangkas madura yang di Jeneponto yang bernama "Pangkas Rambut Rizki Madura"

Pangkas rambut rizki madura yang terletak di Jl. Lanto Dg Pasewang, Jeneponto / dok. pribadi
Pangkas rambut rizki madura yang terletak di Jl. Lanto Dg Pasewang, Jeneponto / dok. pribadi

Tidak hanya dengan pangkas rambut konvensional, ternyata ada juga beberapa orang Madura yang beralih ke barbershop. Dengan tempat yang lebih ekslusif, peralatan yang lebih lengkap dan tentunya tarif yang lebih mahal. Barbershop yang dibuka oleh orang madura memiliki nama tersendiri yakni barberman, kata Sahrun.

Kehadiran pangkas rambut madura di Jeneponto saya rasa cukup diminati oleh masyarakat setempat, sebab tak jarang kita mendapati ramainya pengunjung yang mengantri. Pengunjung dari berbagai kalangan dan usia ikut menjadi pengguna jasa pangkas rambut orang-orang Madura.

Kami dari berbagai kalangan dan usia, orang-orang Turatea, cukurnya di pangkas rambut madura

Bisnis pangkas rambut asal Madura ini rupanya tidak kalah dengan bisnis lainnya dari daerah tersebut yakni sate madura. Kemampuan kedua bisnis dari derah Madura tersebut dengan membawa nama daerahnya menunjukkan kepercayaan diri dan menjadi keunggulan tersendiri yang patut diapresiasi dan dapat dijadikan contoh.

Kepercayaan diri dan semangat yang dimiliki oleh orang Madura menjadi modal yang besar dan kuat untuk hidup dalam perantauan. Saya menjadi terkejut seketika Sahrun berkata bahwa orang Madura itu juga dikenal dengan istilah "Cina Hitam".

Saya sontak menanyainya dengan penuh penasaran, mengapa bisa muncul istilah seperti itu? sebab ini kali pertama saya mendengar istilah cina hitam. Sahrun kemudian menjelaskan bahwa keberadaan mereka sebagai orang Madura ada di mana-mana dapat disamakan dengan orang-orang cina, hanya saja tak seputih orang cina, katanya. Rupanya istilah itu merupakan ungkapan yang sering ia gunakan sesama orang madura. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun