Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

16 Tahun Kompasiana Menjadi Wahana Literasi, Teruslah Menggema Sepanjang Masa

9 Oktober 2024   12:06 Diperbarui: 9 Oktober 2024   12:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kompasiana.com

Ketika baru saja ingin memulai menuliskan tetang 16 tahun usia Kompasiana, saya teringat buku yang terselip di bawah meja yang saya gunakan, buku terbitan Bentang Pustaka mengenai kisah orang-orang diaspora yang berjudul "Kami Tidak Lupa Indonesia", buku yang bertahun-tahun saya miliki sejak masih berstatus mahasiswa, namun hanya dibaca beberapa kali dan tak pernah dituntaskan sepenuhnya. Hingga saat ini pun, saya belum menuntaskannya, tetapi satu hal yang dapat saya tangkap dari isi buku tersebut bahwa semua kisah yang dituangkan itu berawal dari pengguna Kompasiana atau para Kompasianer yang tinggal di luar negeri. 

Kompasiana menjadi wadah yang menyatukan orang-orang yang tinggal di luar negeri meskipun berada di negara yang berbeda satu sama lainnya. Sungguh suatu keunikan tersendiri ketika Kompasiana mempertemukan banyak orang dengan berbagai latar belakang, kisah dan sudut pandang yang berbeda-beda. Mereka yang tinggal di Amerika bisa membaca kisah yang dibagikan oleh orang-orang yang tinggal di Jerman atau Jepang dan Arab Saudi. Kompasiana menjadikan kisah-kisah ini menjadi satu buku yang menginpirasi orang-orang yang tinggal di Indonesia bahwa mereka yang tinggal di luar negeri masih tetap terhubung dan berinteraksi satu sama lain dan memperkenalkan kepada dunia Internasional tentang kekayaan dan keindahan Indonesia.

Kompasiner yang tinggal di luar negeri akan membagikan kisah dan inspirasi-inspirasi yang mereka dapatkan di Negara tempat ia tinggal dan akan dibaca oleh Kompasiner yang berada di Indonesia, begitupula sebaliknya mereka pasti akan antusias membaca kisah-kisah dan kejadian yang terjadi di dalam negeri. Salah satu kisah inspiratif pada buku Kami Tidak Lupa Indonesia adalah kisah Anazkia yang bercerita tentang perjalanan hidupnya menjadi TKW di Malaysia, suka-duka para pekerja dari berbagai sektor serta cerita-cerita tentang paguyuban atau kelompok-kelompok pekerja Indonesia yang ada di negeri jiran. Pekerjaan Anazkia tidak membuat ia terisolir dari teman-teman maupun masyarakat Indonesia, melainkan ia mampu membagikan kisah dan pengalaman yang dialamainya kepada kita semua melalui media Kompasiana. Kompasiana menjadi  wahana literasi anak-anak bangsa di manapun mereka berada, melahirkan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa. Hingga saat ini Kompasiana menginjakkan usia 16 tahun mendekati dua dekade membersamai perjalanan para pegiat dan pecinta literasi. 

Selain Anazkia, ada pula kisah yusran Darmawan yang merupakan kompasianer yang pernah tinggal di Amerika saat menempuh pedidikan, kerap membagikan pengalaman maupun opininya melalui Kompasiana. Bagi Yusran Darmawan, berkat ketekunannya mengirimkan tulisan ke Kompasiana, memberikan kemudahan dalam proses studinya di Amerika dimana ia bisa memeperoleh beasiswa  dan mendapatkan rekomendasi dari Kompasiana untuk  magang saat penyelesaian studinya. Yusran Darmawan memang penulis yang terbilang aktif baik di Kompasiana, Blog maupun media sosial. Saya seringkali dan senang membaca tulisan Yusran Darmawan yang ia tulis di blog pribadinya Timur-angin yang sering ia bagikan di Facebook, dan ternyata Yusran Darmawan pernah menjadi kompasianer of the year pada tahun 2013.

Perjalanan  selama 16 tahun menandai bahwa kompasiana adalah rumah yang nyaman dan mengesankan, menjadi sekolah bagi siapa saja yang berkeinginan untuk menjadi penulis. Sebagai kompasianer yang baru saja bergabung, saya merasa Kompasiana adalah media yang terbilang mudah dan ringan, tetapi terus menarik minat kita untuk selalu mencoba untuk selalu menulis. Kompasiana seakan menggembleng para Kompasianer yang awam untuk terus maju dan meningkatkan kualitas dan skill menulisnya, mendorong kompasianer yang sudah handal untuk terus berkarya, dan mengapresisasi seluruh konten yang dibuat oleh Kompasianer. 

Di era digital yang kian maju dan pesat saat ini, dengan kehadiran berbagai macam platform media sosial yang kian menarik perhatian generasi muda, Kompasiana sekiranya bisa menjadi pilihan yang lebih bijaksana dan kita gemakan untuk mendongkrak kemampuan literasi bangsa. Saya berharap Kompasiana terus menjadi platform yang membina dan membawa generasi bangsa kepada kekuatan literasi yang semakin besar, tetaplah menjadi oase yang menumbuhkan dan mewarnai  kehidupan literasi anak bangsa di tengah hiruk pikuk media sosial yang minim edukasi.

Kepada Kompasiana, selamat atas pencapaian 16 tahun membersamai media literasi dari generasi ke genarasi, 16 tahun memang bukanlah waktu yang singkat, tetapi saya berharap ini masih menjadi awal perjalanan Kompasiana ke masa yang lebih panjang. semoga Kompasiana mampu bertahan melintasi garis waktu yang cukup lama, ratusan atau bahkan ribuan tahun ke depan, menjadi museum literatur yang menyimpan jejak-jejak kompasianer yang pernah ada dan menginspirasi.

Empat kali empat, enam belas

Selamat ultah Kompasiana ke-16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun