Valentino Rossi belum habis… itu kata saya kepada orang yang bilang bahwa karir Valentino Rossi tamat setelah ia mengalami insiden dengan Marc Marquez di lap ketujuh MotoGP Sepang, Malaysia, Minggu 25 Oktober 2015. Perlu lebih dari penalty untuk menghabisi Rossi. Rossi diambang juara dunia dengan poin yang hanya terpaut 7 poin dengan Jorge Lorenzo yang ada di bawahnya. Para fans Valentino Rossi siap menyambut The Doctor meraih gelar juara dunia ke 10 nya di Sepang.
Tahun ini performa Vale sangat bagus, ia stabil di urutan terdepan. Musim ini ia hanya dua kali absen dari podium. Gelar juara dunia ke 10 menanti di depan mata dan seakan mudah diraih. Namun apa daya para pembalap muda bersaing menghalangi Vale untuk meraih trophy gelar juara dunia. Bergantian Jorge Lorenzo, Dani Pedrosa, Marc Marquez dan Andrea Iannone memberi perlawanan hebat di trek.
Puncaknya terjadi Minggu lalu, Valentino Rossi terprovokasi oleh Marc Marquez lalu terjadilah insiden itu. Insiden yang menyebabkan Marc Marquez jatuh dan tidak finish di Sepang. Insiden yang membuahkan 3 point penalty pada Valentino Rossi. Insiden yang membuat fans Rossi tidak percaya, kenapa Vale melakukan itu, kenapa Marquez balapan dengan cara seperti itu.
Race kemarin memang berlangsung panas antara Vale dan Marc. Lima belas aksi saling salip terjadi dalam 7 lap bahkan 9 aksi diantaranya terjadi dalam 1 lap. Marc mengerahkan segala daya upayanya untuk menghalangi Vale. Aksi Marc sebenarnya pernah ia lakukan di beberapa seri sebelumnya. Vale yang saat itu sedang bersaing ketat dengan Lorenzo meraih gelar juara dunia mulai terpancing emosi. Vale member isyarat tangan agar Marc calm down, tapi Marc tetap bernafsu menghalangi Vale. Vale mulai terprovokasi, di lap ketujuh ia melambat di tikungan 14. Vale berbuat ini untuk menghambat Marc, Marc masuk ke tikungan yang sama, menempel ketat Vale sampai kepala Marc menyentuh kaki Vale. Vale menengok, kakinya bergerak dan Marquez jatuh. Tim kedua rider terkesiap dan penonton heboh.
Vale banding ke FIM atas penalty ini, karena Vale terprofokasi dan meminta FIM melihat dari sudut pandang yang lain, namun FIM satu kata dengan Race Director, 3 point penalty untuk Vale. Vale kecewa, tim kecewa dan fansnya lebih kecewa. Gelar juara dunia yang tinggal selangkah diraih tiba-tiba menjauh, nyaris tak terjangkau. Jika Lorenzo menang di race Valencia maka Vale harus finish kedua, dengan begitu ia menjadi juara dunia dengan selisih 2 poin dari Lorenzo. Tapi mungkinkah?
Saya pribadi menyesalkan aksi Vale. Saya penggila Valentino Rossi. Jauh-jauh saya ke Sepang Malaysia, untuk apa? Untuk nonton MotoGP? No.. saya ingin melihat Vale balapan dari dekat. Tapi saya tidak mau menjadi fans yang mendewakan idolanya. Valentino Rossi idola saya.. tapi ia juga manusia. Manusia yang bisa frustasi, emosi lalu berbuat salah. Salahkan Vale bila ia salah dan benarkan ia jika ia benar. Fans sejati bukanlah fans yang menganggap idolanya selalu benar. Fans sejati adalah fans yang selalu mendukung idolanya di kondisi apapun, sedang terpuruk atau saat ia selalu juara, ini menurut saya.
Rival-rival Vale semuanya kuat, lawannya bukan cuma satu tapi banyak. Helm Vale yang bergambar ikan kecil dikejar hiu itu menggambarkan semuanya. Jorge Lorenzo, Marc Marquez, Dani Pedrosa, Iannone.. semuanya adalah hiu yang siap menerkam Vale. Hiu itu berhasil menerkam sang ikan kecil di Sepang. Ikan kecil terkapar ditimpa penalty. Hiu melenggang bebas setelah membuat ikan kecil terkapar. Saya mengenyampingkan istilah konspirasi, country order antara pembalap Spanyol dan lain-lain. Saya sama kecewanya dengan para penggila balapan MotoGP yang menyayangkan balapan MotoGP sekarang disusupi intrik.Â
Di jagat social media aksi menghabisi Vale malah lebih parah lagi. Bukan hanya Vale yang diserang, tapi fans nya pun bertubi-tubi mengalami serangan. Sebagian balik menyerang para haters Vale, sebagian lagi menggalang petisi untuk membatalkan putusan Race Director. Petisi tembus ke angka 500 ribu tandatangan. Sebuah hasil yang wwwoowwwwww sekali. Petisi ini mencerminkan betapa berartinya Rossi bagi kami.