[caption id="attachment_74455" align="aligncenter" width="576" caption="Pak Beye dan Kerabatnya (dok.yyt)"][/caption] Pak Beye muncul lagi. Kali ini Pak Beye muncul bersama para kerabatnya. Yup, yang saya maksud di sini adalah buku "Pak Beye dan Kerabatnya" yang ditulis oleh mas Wisnu Nugroho. Ini buku ketiga dari empat buku tentang Pak Beye yang direncanakan terbit. Buku pertama adalah Pak Beye dan Istananya, lalu Pak Beye dan Politiknya, kemudian Pak Beye dan Kerabatnya. Sudah pada punya belum ? Kerabat menurut Kamus Bahasa Indonesia berarti yang dekat, sedarah sedaging, keluarga/sanaksaudara, dan keturunan yang sama yang dihasilkan dari gamet yang berbeda (gamet itu apa ya?). Namun kerabat yang melingkari kehidupan Pak Beye bisa berarti lebih luas. Para kerabat ini memegang peranan penting dalam kesuksesan Pak Beye meraih dan menjalani jabatan di kursi RI 1. Otomatis para kerabat ini bukanlah orang-orang yang biasa-biasa saja. Pengusaha, politisi dan petinggi militer termasuk diantaranya. Meraih jabatan sebagai orang nomor satu di Indonesia memang tidak gampang. Butuh banyak dukungan tak hanya dari sisi moral tapi juga secara material. Mengenai berapa banyak material yang dibutuhkan telah disinggung di buku Pak Beye dan Politiknya. Tapi sekedar mengingatkan, Pak Beye telah berhasil membirukan lebih dari 60% wilayah di Indonesia (maaf kalo saya salah, intinya Pak Beye menang pemilu). Karena itu adanya sosok pak Tomy Winata atau Bu Hartati yang bebas wara wiri di samping Pak Beye merupakan sebuah permakluman. Maklum karena mereka toh telah berupaya "mendudukan" Pak Beye di kursi RI 1. Karena itu wajar saja jika Pak Nirwan Bakrie pun bisa santai dan masih bisa tersenyum pula padahal dia telah membuat marah Pak Beye yang telah lama menunggu kedatangannya untuk membahas sebuah masalah penting, ganti rugi para korban lumpur Lapindo. Jangan bilang bahwa Anda tak tahu pak Nirwan ya, secara nama keluarganya sudah jelas menunjukan dari keluarga mana Pak Nirwan berasal. Selain pengusaha, ada menteri yang masuk dalam jajaran "para kerabat " ini. Mbak Ani dan Pak Ical paling sering di sebut di sini. Mbak Ani, mantan menteri keuangan kita yang sudah hijrah ke Amrik sana, apa kabarnya ya? Apakah mbak Ani masih suka jalan-jalan ke mal dengan celana tiga perempat dan kaus seperti yang biasa dilakukannya di sini? Mudah-mudahan mbak Ani sehat selalu. Seperti Pak Ical alias Aburizal Bakrie yang sangat sehat di sini. Pak Ical yang katanya baru sekali merasakan rasanya pecel lele jadi orang nomor satu di Partai Kuning eh Golkar. Katanya sih tahun 2014 Pak Ical akan mengajukan diri sebagai pengganti Pak Beye. Bila ini terjadi, mari kita berdo'a menurut agama dan kepercayaan masing-masing dari sekarang, agar Tuhan tetap melindungi kita dan Indonesia. 3M bersaudara dan Ruhut Sitompul masuk dalam jajaran politisi yang melingkari Pak Beye. 3 M itu adalah Andi Mallarangeng, Rizal Mallarangeng dan Choel Mallarangeng. Pak Andi sekarang duduk dalam kursi kabinet sebagai Menpora, sementara 2 Mallarangeng yang lainnya tidak (atau belum?). Saya yakin 2 Mallarangeng yang lain akan memperoleh hasil atas upayanya yang menghasilkan piala citra bagi Pak Beye. Masa sih nggak dapet apa-apa. Ngomong-ngomong, Fox Indonesia bangkrut ya katanya? Pak Ruhut duduk dalam jajaran wakil rakyat yang terhormat. Kalau dia bicara, suaranya terdengar dari Sabang sampai Merauke, karena kerasnya. Partai Demokrat mesti berterimakasih dengan adanya Pak Ruhut, karena selain sebagai Dogfight, Pak Ruhut merupakan penyeimbang dari anggota Partai Demokrat yang santun-santun. Masih banyak anggota kerabat yang di sebut di buku ini. Anda bisa baca atau kalau Anda tak punya bukunya, berselancar saja di lapak penulisnya di Kompasiana. Kesimpulan yang saya dapat dari buku ini adalah, untuk selalu dekat dengan kekuasaan ada harga yang harus di bayar. Begitu pula bila Anda ingin memperoleh kekuasaan, ada bayaran yang harus dikembalikan. Untuk kita yang tak punya keduanya, cukup puas saja dengan apa yang telah diberikan Tuhan pada kita. Atau bila Anda ingin memaksa masuk ke dalam sebuah lingkaran kekuasaan, milikilah keahlian yang tak semua orang memilikinya. Ahli memijat salah satu contohnya. Saya tak ingin pesimis memandang kehidupan bangsa ini di masa depan. Rasa optimis yang saya punya paling tidak bisa saya gunakan untuk menyemangati diri saya dalam menjalani kehidupan yang diberikan Tuhan. Rasa optimis yang sama saya berikan sebagai harapan agar suatu saat bisa memenuhi Undangan Pak Beye yang telah beberapa kali saya tolak. Anda diundang juga kan? Coba cek nama Anda di daftar undangan itu. Untuk Anda yang bisa datang, saya titip pesan ya untuk pengundang "Pak Beye dan Kerabatnya". Mbok ya sekali kali memihak pada kami yang bekerja.. gitu lho...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H