Dalam buku otobiografi Valentino Rossi yang judulnya What If I Had Never Tried It, Rossi blak-blakan tentang hobi dan passionnya di dunia balapan. Hobi balap menurun dari bapaknya, Graziano Rossi yang juga jago balap. Like father like son. Karir Rossi lebih kinclong dari bapaknya. Di usia 37 tahun, Valentino Rossi masih balapan dan belum memutuskan untuk berhenti. Rossi tidak akan seperti ini jika ia tidak berani mengambil keputusan untuk menunggang motor saat ia kecil dulu.
Ketika mencoba melakukan sesuatu kita tidak tahu apakah kita akan berhasil melakukannya atau tidak. Namun kalau kita melakukannya ada kepuasan tersendiri walau hasilnya tidak sesuai dengan rencana. Errrrr.. nyonya Vale mau ngomong apa dah ini (garuk-garuk jidat). Dalam level yang beda banget sama akang Valentino Rossi sebenernya saya juga berhasil melakukan sesuatu.. yaitu menulis.
Kompasiana mengenalkan saya dengan dunia tulis menulis. Bermula dari menulis komen lalu berani menulis artikel. Sekarang saya berani menulis komen dan artikel (eh). Dari dunia tulis menulis ini saya banyak mendapat pengalaman juga pembelajaran. Dunia ngeblog ini membuat saya mengambil keputusan yang tak pernah saya pikir sebelumnya. Keluar dari pekerjaan dan full time ngeblog.
Jika ditanya apa saja momen terbaik yang saya alami selama ber-Kompasiana, sungguh saya tidak bisa menjawabnya karena momen itu sedemikian banyak. Namun ada beberapa momen yang terus terkenang sampai sekarang. Momen yang tak pernah saya sangka akan mengalaminya karena ber-Kompasiana. Ini beberapa momen itu :
Ada anggapan (sekaligus keyakinan) di diri kompasianer, kalau menjelang Kompasianival pasti deh ada sesuatu yang bikin heboh. Kenyataannya emang gitu sih. Ada aja kejadian yang bikin heboh menjelang Kompasianival. Tahun kemarin, salah satu kejadian heboh itu adalah pak Jokowi mengundang 100 kompasianer untuk datang ke istana negara. Acaranya untuk berbincang dan makan siang.
Pak Jokowi melakukan ini sebagai bentuk penghargaan kepada Kompasiana. Kompasiana mengundang pak Jokowi datang ke Kompasianival tapi pak Jokowi tak bisa hadir. Sebagai gantinya, Kompasianer lah yang diundang datang ke istana negara. Memilih 100 kompasianer untuk datang ke istana bukanlah pekerjaan enteng buat para admin terlebih pilihan itu dilakukan dalam waktu singkat di tengah pekerjaan besar menyiapkan Kompasianival.
Saya beruntung menjadi salah seorang yang terpilih untuk hadir ketemu pak Jokowi. Seumur-umur saya tak pernah bermimpi akan masuk ke istana apalagi sampai ketemu presidennya dan makan siang segala. Admin Kompasiana menghubungi saya sehari sebelum hari H dan minta konfirmasi saya saat itu juga. Saya langsung konfirm buat hadir dan langsung bingung soal baju. Kami harus memakai batik saat datang ke istana.
Saya selalu kagum dengan pak Jokowi. Maka melihatnya makan di meja makan yang letaknya beberapa meter dari saya adalah sebuah momen tersendiri. Beliau masih sama seperti yang saya temui saat kampanye, masih sederhana dan ramah. Beliau sabar dengan bawelnya para kompasianer yang memberi kritik dan saran. Acara makan siang itu sukses. Saya yakin kompasianer yang beruntung hadir di sana sangat terkesan.. seperti saya.
Terbang ke Flores