Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kapan Sadarnya TV One?

31 Desember 2014   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air Asia terbang tinggi (dok.indianexpress.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Air Asia terbang tinggi (dok.indianexpress.com)"][/caption]

“Reporter kita bekerja dalam tekanan, kadang memang tidak berpikir soal empati dan simpati, yang terpenting bagaimana caranya mendapat berita yang paling update, sesuai tuntutan manajemen, sehingga pemirsa televisi akan menilai bahwa tivi ini adalah tivi yang menyajikan berita paling update dan tivi ini akan selalu dicari…” Itulah perbincangan saya dengan seorang teman yang kebetulan tau dan berdekatan dengan dunia jurnalis.

Perbincangan ini terjadi gara-gara para banyak reporter kita di bully di media social karena mencari berita dari para keluarga penumpang Air Asia QZ8501 yang hilang tanpa peduli bagaimana keadaan mereka. Di Kompasiana sendiri sudah banyak ditulis mengenai keprihatinan para kompasianer melihat cara reporter kita mewawancarai para keluarga yang sedang kena musibah itu. Anda pasti sudah membacanya.

Saya termasuk salah satu orang yang selalu membaca berita soal hilangnya Air Asia QZ8501. Siang ini saya baca di media online bahwa serpihan yang diduga merupakan serpihan Air Asia yang hilang ini telah ditemukan. Selain serpihan, ada juga beberapa jenazah yang diduga sebagai penumpang Air Asia yang naas ini.

Saya bisa merasakan betapa sedihnya keluarga penumpang yang selama ini menanti dalam ketidak pastian, menunggu kabar tentang keluarga mereka, berharap keluarga mereka ditemukan dalam kondisi selamat, tiba-tiba harus melihat puing-puing yang bertebaran di laut. Puing pun bisa membuat shock. Lalu bagaimana jika mereka melihat jenazah yang ditemukan di laut terpampang jelas di televisi? Shock dan marah.. pasti.

[caption id="attachment_362360" align="aligncenter" width="491" caption="Air Asia (dok.theepochtimes.com)"]

14199338951233216690
14199338951233216690
[/caption]

TV One.. menayangkan proses evakuasi jenazah yang ditemukan di laut, lengkap dengan kondisi jenazah yang terpampang jelas di televisi, lalu memutarnya berulang-ulang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana panik dan sedihnya keluarga para penumpang melihat ini. Membacanya melalui detik.com telah membuat saya merinding luar biasa. Jika saya sedang menonton TV One saat ini mungkin saya sudah melempar tivi saya.

Menurut detik.com, seorang presenter TV One telah meminta maaf mengenai tayangan ini. Ia, meminta maaf sambil bilang, tayangan itu dilakukan karena TV One ingin memberikan informasi yang jelas mengenai evakusi korban. Penayangan gambar itu adalah untuk memastikan kondisi temuan di laut, katanya lagi. Anda boleh memaki TV One dan presenter ini, saya pun sudah melakukannya tadi.

Percuma berharap TV One sadar diri dan di kemudian hari tidak melakukan kesalahan yang serupa. Berharap TV One dan juga media lokal lain di Indonesia mengedepankan empati saat menayangkan berita. Kejadian ini sudah berkali-kali terjadi. Semakin dramatis, semakin di cari dan rating semakin tinggi. Tetapi… bukankah kebanyakan dari kita juga suka tayangan drama? Jadi.. selama pemirsa belum sadar maka TV One dan media lokal lain juga tidak akan sadar. TV One yang doyan berita dramatis dan pemirsa yang suka menonton tayangan dramatis adalah pasangan yang sempurna bukan?

Namun… saya yakin di hatinya yang terdalam, para reporter ini juga punya empati. Bekerja dalam tekanan membuat para reporter ini tidak lagi berpikir soal empati. Apalagi harus berlomba mencari berita terupdate untuk pemirsa (dan juga managemennya) dan harus tayang segera. Seperti perbincangan saya dengan seorang teman di awal tulisan ini. Lalu siapa yang harus disalahkan kalau begini? Sang reporter, manajemen televisi atau pemirsa televisi yang doyan tayangan dramatis? Ketiganya merupakan kesatuan sempurna … pemirsa.

Duka cita saya yang mendalam untuk keluarga penumpang Air Asia QZ8501. Semoga para penumpang dan kru Air Asia QZ8501 yang menjadi korban mendapat tempat mulia di sisi Tuhan Sang Maha Pencipta.. amin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun