Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Haruskah Food Blogger Memberikan Review dengan Jujur?

30 Mei 2017   13:52 Diperbarui: 31 Mei 2017   19:03 1275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang blogger tak bisa lepas dari tulis menulis.. yaiyalah.. karena menulislah maka ia disebut blogger. Seorang blogger yang baik menulis apa yang ia pikirkan, rasakan dan apa yang ia lihat. Seorang teman yang sudah lama malang melintang di dunia perbloggeran bilang bahwa dalam menulis, blogger mestinya jujur dengan tulisannya. Selain jujur, blogger juga mesti mampu mengolah kalimat hingga membuat orang yang membacanya nyaman dan pesan yang tersirat tersampaikan.

Blogger terbagi dalam macam-macam tipe,tergantung pada fokusnya  pada sebuah topik. Misalnya, ada blogger otomotif yang memfokuskan diri pada semua hal tentang otomotif. Ada blogger fashion yang mengkhususkan diripada semua hal yang menyangkut dunia fashion. Ada lagi food blogger yang mengkhususkan diri pada bidang kuliner dan banyak blogger khusus lainnya.

Kalau saya sih masuk blogger tipe kadang-kadang. Kadang-kadang ke otomotif, kadang-kadang ke fashion, kadang-kadang ke kuliner. Di luar sana blogger seperti ini disebut blogger gado-gado karena belum mengkhususkan diri pada sebuah hal. Padahal saya lebih suka disebut blogger mie ayam daripada gado-gado karena saya lebih menyukai mie ayam (((dibahas))).

Soto udang (dok.yayat)
Soto udang (dok.yayat)
Merupakan tantangan tersendiri untuk menulis soal makanan karena yang terpenting harus disampaikan dalam makanan adalah soal rasa. Bagaimana mengolah tulisan hingga pembaca ikut “merasakan” makanan yang kita tulis dan ujung-ujungnya ingin membeli makanan itu adalah salah satu trik yang harus dikuasai seorang food blogger disamping cara memotret foto makanan itu sendiri. Iya,dalam tulisan apapun foto merupakan unsur penting, terlebih di tulisan soal makanan.

Rasa adalah soal selera. Beda orang bisa berbeda pula seleranya. Kalau saya, nggak suka makanan dengan keju berlimpah atau susu putih yang terlalu banya tapi suka makanan pedas. Orang lain mungkin malah suka makanan dengan campuran keju yang royal banget. Selera ini mempengaruhi kita dalam menulis. Namun, selera ini mesti dikompromi jika kita punya tugas melakukan review sebuah makanan. Blogger yang baik harus memegang kendali dalam menghubungkan tulisan dengan selera orang.

Dalam me-review sebuah hidangan, ambil rata-rata selera orang. Kalau saya suka makanan yang pedes banget maka ambil standar kepedasan yang orang-orang sukai kecuali tulisan ditujukan untuk para cabe lover. Kalau saya nggak suka makanan dengan keju yang over banget maka ambil standar selera orang pada hidangan keju yang sedang-sedang aja. Ini salah satu cara memegang kendali dalam review.

ayam bakar (dok.yayat)
ayam bakar (dok.yayat)
Perlukah memberi review dengan jujur?

Kita nggak selalu dapat makanan yang enak. Sering juga kan kita makanmakanan yang asinnya kebangetan atau malah nggak ada rasa. Saya pernah makan gulai kepala kakap di sebuah resto. Tau kan yaaa gulai kepala kakap adalah sebuah hidangan yang  dibuat dari bumbu-bumbu rempah yang kaya rasa. Sayangnya kepala kakap yang begitu menggoda itu bertolak belakang dengan rasanya. Rasanya cemplang banget pemirsa, tawar gitu. Entah apa yang masak lupa memasukkan garam atau penyedap rasa.

Nah kalau kita pas diundang sama pemilik resto untuk mencoba hidangannya dan ternyata hidangannya nggak enak gimana? Pernah nonton acara pak Bondan yang terkenal dengankata Maknyuss-nya? Pernah ada yang tanya ke pak Bondan, bagaimana jika makanan yang ia makanan di di acara itu nggak enak? Pak Bondan menjawab ia tak akan menayangkan makanan itu demi menjamin mutu acara dan tidak ingin menjatuhkan makanan tersebut di acaranya.

Kalau blogger nggak bisa seperti itu. Tugas blogger adalah menulis hasil ia mencoba sebuah masakan jika ia memang ditugasi untuk itu. Jadi enak nggak enak ya tetep ditulis gitu. Namun cara menulisnya yang harus dikendalikan. Kita harus pegang kendali jika menulis makanan yang rasanya nggak enak. Jangan offside. Jujur itu harus tapi elegan juga penting. Tulis rasa yang nggak enak itu dengan elegan dan berikan saran.

cemilan (dok.yayat)
cemilan (dok.yayat)
Menulis hidangan itu kudu lengkap yak. Cari tau siapa yang masak, cara membuatnya dan terbuat dari apa aja lalu di mana cara mendapatkannya. Lebih bagus lagi jika ditulis juga asal masakan itu. Jadi pembaca mendapat informasi lengkap tentang masakan tersebut. Terlebih jika pemilik resto ingin menarik orang datang ke restonya, maka lokasi resto harus ditulis lengkap dan info juga bagaimana kondisi restoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun