Sebagai negara yang dikelilingi dengan laut dan banyak terdapat gunung api, negara kita rentan dengan bencana alam. Masih teringat oleh saya bencana Tsunami yang menghancurkan sebagian Aceh. Lalu meletusnya Gunung Merapi di Jogja yang terkenal dengan awan panasnya. Kampung ayah saya di Jogja di Bantul sempat mengalami hujan abu berhari-hari ketika Gunung Merapi meletus. Ayah saya tidak bisa ke sawah, padi dan tanaman cabai ayah saya diselimuti abu. Demi kesehatan, saya meminta ayah saya untuk tinggal bersama saya dulu di Jakarta sampai Gunung Merapi tidak meletus lagi dan hujan abu berhenti tapi ayah saya menolak. Alasannya ia tidak ingin meninggalkan sawahnya.
Gempa juga sering melanda negara kita. Gempa besar pernah terjadi di Jogja. Kampung ibu saya di jogja termasuk kampung yang mengalami kerusakan hebat. Saya kehilangan saudara sepupu dari bencana ini. Sementara untuk luka, banyak saudara saya yang lain mengalaminya. Gempa besar juga pernah terjadi di Padang. Sementara saya sendiri, syukurnya tidak pernah mengalami gempa besar, jangan sampai ya, semoga Tuhan selalu melindungi kita semua.
Kalau banjir bencana alam juga bukan? Iya.. bencana alam.. tapi bencana alam yang sering berasal dari manusia.. nah lho mbulet ya. Beberapa daerah di Jakarta sering mengalami banjir. Kalau sudah banjir, macetnya makin menggila. Pemerintah DKI Jakarta sudah banyak melakukan pembenahan kota demi mengurangi banjir tapi banjir masih terus terjadi. Pekerjaan rumah buat pemerintah daerah nih. Syukurnya.. daerah tempat saya tinggal bukanlah daerah banjir. Jangan sampai deh.
Banyak pihak yang sebenarnya sering memberi edukasi tentang bagaimana menghadapi bencana, namun informasi ini belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Perlu edukasi yang kreatif agar informasi penting ini didengar oleh seluruh masyarakat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai badan yang bertanggung jawab soal penanggulangan bencana, membuat sebuah terobosan. Yaitu memberikan edukasi soal bencana melalui sandiwara radio. Saya mengikuti bincang-bincang dengan BNPB pada Kompasiana Nangkring 18 Agustus lalu.
Anda pernah mendengar sandiwara radio? Tahu Saur Sepuh atau Tutur Tinular ? Kalau Anda pernah mendengarkan sandiwara radio ini berarti Anda seumuran dengan saya.. yaitu 17 tahun lewat sedikit heheheh. Di era tahun 90 an, sandiwara radio booming sekali. Brama Kumbara dan Mak Lampir menjadi tokoh sandiwara radio yang sangat terkenal di masa itu. Tahun itu gadget masih jarang, maka hiburan kita adalah radio dan televisi. Saya penyuka Saur Sepuh. Alur cerita Saur Sepuh lengkap dengan suasana jaman dulu yang dibangunnya membuat saya bisa membayangkan bagaimana kondisi saat itu.
Bicara soal sandiwara radio berarti bicara soal S. Tidjab. S Tidjab adalah penulis sandiwara radio yang dari tangannya lahir sandiwara radio fenomenal semacam Tutur Tinular. Meski sudah lanjut usia, pak S Tidjab masih berkarya. BNPB menggandengnya untuk membuat Asmara di Tengah Bencana, sebuah sandiwara radio dengan drama percintaan dilatar belakangi roman sejarah yang terjadi jaman Sultan Agung di wilayah Mataram dan akan disisipi tentang edukasi siaga bencana. Asmara di Tengah Bencana (ADB) kaya dengan unsur sejarah, patriotisme, romantisme dan unsur kemanusiaan. Sebuah drama khas S Tidjab.
Sinopsis singkatnya nih ya.. ada putra bangsawan yaitu Jatmiko. Ia adalah anak Tumenggung Jaya Lengkara, penguasa di masa itu. Jatmiko jatuh hati dengan Setyaningsih, putri Ki Lurah di Jatisari. Setyaningsih sama mencintai Jatmiko. Sayang hubungan mereka tidak disetujui oleh kedua orang tuanya karena perbedaan kasta dan Jatmiko sudah dijodohkan dengan putri bangsawan yang sama berdarah biru, Puspaningrum. Perjalanan cinta dua anak manusia inilah benang merah ADB. Nantinya terjadi bencana erupsi Gunung Merapi yang akan membuat kisah mereka semakin dramatis.
Dari seorang teman, saya mendapat satu episode rekaman sandiwara radio tersebut. Saya seperti terlempar ke masa saat saya masih menggilai Satria Madangkara. Â Suara Asdi Suhastra yang menyuarakan jalannya cerita begitu khas terdengar. Suasana cerita begitu detail diceritakan, misal Jatmiko mengenakan baju apa, Setyaningsih sedang apa. Di sinilah salah satu kekhasan sandiwara radio yang bisa membuat pendengarnya berimaginasi.