Di sebuah sudut pinggiran kota Jakarta, hiduplah seorang ibu, sebut saja bernama Santi, bersama kedua anaknya, Rani yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan Adit yang baru berusia lima tahun. Mereka tinggal di rumah kontrakan sempit yang jauh dari kata layak. Dindingnya rapuh, atapnya bocor, dan tiap malam suara kendaraan dari jalan utama membuat mereka sulit tidur.
Namun, bagi Santi, ini adalah satu-satunya tempat yang bisa ia sewa dengan penghasilan kecilnya sebagai pedagang sayur di pasar tradisional. Setiap pagi, ia bangun sebelum fajar, berangkat ke pasar, dan bekerja keras untuk memastikan kedua anaknya tetap bisa makan dan bersekolah. Meski begitu, impiannya untuk memiliki rumah sendiri terasa sangat jauh.
Harga tanah dan rumah di daerah perkotaan semakin tinggi, bahkan di pinggiran kota sekalipun. Untuk orang seperti Santi, yang penghasilannya habis untuk kebutuhan sehari-hari, membeli rumah adalah kemewahan yang tak terjangkau. Namun, di tengah kesulitan itu, secercah harapan muncul.
Secercah harapan dari bank Tanah
Satu hari, di sela-sela kesibukannya di pasar, Santi mendengar tentang program perumahan rakyat yang didukung oleh Badan Bank Tanah. Program ini menawarkan hunian terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah. Ia tak langsung percaya, karena menurutnya membeli rumah membutuhkan uang muka yang besar, sesuatu yang jelas tidak ia miliki. Tapi tetangganya yang sudah lebih dulu ikut program itu meyakinkan bahwa program ini berbeda.
Dengan rasa penasaran, Santi pergi ke kantor kelurahan untuk mencari tahu lebih banyak. Di sana, ia mendapat penjelasan tentang Bank Tanah, sebuah badan pemerintah yang bertugas mengelola lahan negara untuk kepentingan publik. Bank Tanah ini bertujuan menyediakan akses lahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, termasuk untuk pembangunan perumahan rakyat. Tanah-tanah yang sebelumnya tidak termanfaatkan diubah menjadi lahan produktif untuk perumahan, fasilitas umum, hingga infrastruktur.
Selain itu, Bank Tanah juga memiliki peran penting dalam pemerataan akses tanah di Indonesia. Dengan lahan yang semakin sulit diakses oleh masyarakat kecil, Bank Tanah hadir untuk menjembatani kesenjangan tersebut, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih berkeadilan.
Proses pendaftaran untuk mendapatkan hunian terjangkau ini ternyata tidak serumit yang Santi bayangkan. Ia hanya perlu melengkapi beberapa dokumen sederhana, seperti KTP, Kartu Keluarga, dan surat keterangan penghasilan. Setelah beberapa minggu menunggu, Santi menerima kabar yang mengubah hidupnya: ia dinyatakan berhak atas sebuah rumah sederhana di kawasan yang tertata rapi.
Hari itu menjadi momen yang tidak akan pernah dilupakan Santi. Bersama kedua anaknya, ia mengunjungi rumah baru mereka untuk pertama kalinya. Rumah itu memang sederhana, tapi jauh lebih layak dibandingkan kontrakan sempit yang selama ini mereka tempati. Lokasinya strategis, dekat dengan sekolah dan pasar, sehingga memudahkan aktivitas sehari-hari.
Tak hanya itu, hunian yang diberikan melalui program ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti taman bermain, pusat pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Lingkungannya aman, bersih, dan nyaman bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang. Santi merasa bahwa program ini tidak hanya memberikan rumah, tetapi juga peluang untuk memulai hidup baru dengan lebih baik.
Bank Tanah Memberi Manfaat untuk Rakyat Kecil
