Di lingkungan saya setiap bulan ada penimbangan balita. Bersyukurnya para ibu di daerah saya sadar pentingnya mengecek pertumbuhan bayinya sehingga setiap ada jadwal penimbangan balita, para ibu berbondong-bondong membawa bayinya ke posyandu terdekat.
Setelah menimbang bayinya, para ibu saling berbincang bertukar informasi tentang berat badan bayinya. Ada yang beratnya naik, ada pula yang turun. Sekali waktu saya ikut bergabung dengan perbincangan mereka. Saya puji para ibu yang memperhatikan sekali pertumbuhan anaknya. Harus rajin nimbang berat badan dan cek kondisi bayi, biar nggak stunting, kata mereka.
"Memang stunting itu apa bu?" Iseng-iseng saya bertanya.
"Anak yang tumbuhnya pendek mbak karena kurang gizi, kasian kalau dia kalah tinggi sama anak lain nanti jadi malu bergaul,bisa gampang sakit juga," kata salah seorang dari mereka.
Saya tersenyum, meski kurang tepat, namun ibu-ibu ini mengerti bahwa stunting adalah anak yang pertumbuhannya terkendala sehingga tingginya tidak normal seperti anak lain. Namun bahaya stunting bukanlah malu bergaul, melainkan pertumbuhan otak akan terkendala, kekebalan tubuh berkurang sehingga mudah diserang penyakit.
Stunting memang masih menjadi ancaman untuk Indonesia. Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 24,4%. Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20%. Setahun lagi lho.
Edukasi mengenai stunting sering dilakukan oleh dinas kesehatan dan Lembaga terkait. Perhatian pemerintah mengenai masalah stunting memang besar sekali. Begitu pula Lembaga swasta pemerhati kesehatan ibu dan anak. Hal ini membuat para ibu lebih perhatian pada masalah gizi sejak bayi masih dalam kandungan.
Tapi edukasi bukan tanpa kendala. Masih ada saja ibu yang mengabaikan pentingnya gizi untuk bayi, meski dilakukan secara tidak sengaja atau ada keterbatasan kondisi.
Pentingnya ASI Eksklusif untuk Mengatasi Stunting
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi, diikuti dengan pemberian ASI tambahan bersama makanan pendamping ASI hingga usia dua tahun atau lebih. ASI eksklusif adalah investasi terbaik untuk kesehatan dan masa depan bayi.