Setelah kain batik selesai dibuat, batik dijahit menjadi baju, jaket dan lain-lain. Jadi orang yang datang tidak hanya bisa membeli kain batik, namun juga baju batik. Tapi kalau orang datang hanya untuk melihat para ibu membuat batik juga boleh kok, karena kampung Batik Cibuluh dibuka untuk wisata juga.
Toleransi Beragama di Pulo Geulis
Menyambangi Pulo Geulis yang berada di pinggir sungai Ciliwung menyadarkan saya bahwa saya tak perlu khawatir dengan isu intoleran. Toleransi beragama kental sekali terlihat di Pulo Geulis. Terutama di Klenteng Phan Ko Bio yang merupakan klenteng tertua di Bogor.
Di Klenteng ini, orangbisa melakukan ibadah sesuai kepercayaan dan agama yang dianut. Ada area untuk agama Budha, Hindu, agama kepercayaan dan Islam. Ini bisa terjadi karena klenteng adalah tempat peribadatan secara tradisi dan bukan berdasarkan agama.
Karena itu tak heran jika klenteng ini ramai jika sebuah agama merayakan momen tertentu. Klenteng Phan Ko Bio terbuka untuk kita yang ingin beribadah dengan Tuhan dan mencintai perdamaian. Kebersamaan di klenteng dan lingkungan sekitarnya terwujud dengan meriahnya Barongsai yang menyambut kami di klenteng hari itu.
Kampung Labirin
Istilah kampung identik dengan kondisi lingkungan yang padat, dengan rumah-rumah berdempetan satu sama lain dan dihubungkan dengan gang senggol. Itulah yang terjadi di kampung Labirin yang lokasinya berdekatan dengan Pulo Geulis.
Kampung Labirin sama seperti kampung saya yang penduduknya tumpah ruah. Buka pintu langsung terlihat pintu tetangga. Bedanya kampung Labirin dengan kampung saya adalah kampung Labirin bersih, meski penduduknya padat. Keakraban warga terlihat jelas.
Karena letaknya persis di pinggir sungai Ciliwung yang airnya deras, anak-anak muda setempat membuat wisata rafting di sungai ini. Ada perahu karet, lengkap dengan dayung dan rompi yang bisa digunakan oleh orang yang ingin menjelajahi derasnya air ciliwung.