Semenjak ada wabah Covid-19, saya jadi lebih sering memasak sendiri ketimbang membeli makan di luar. Memasak makanan sendiri relatif lebih aman dari segi kebersihan dan keamanan bahan makanan. Harga juga lebih murah. Di masa pandemi sekarang, saya memang lebih detail menghitung uang masuk dan uang keluar. Maklum, pendapatan berkurang karena PSBB.
Kekurangan masak sendiri ya saya kudu lebih banyak berkutik di dapur. Trus kudu mikir mau masak apa. Dengan kemampuan masak saya yang terbatas, pilihan untuk jenis masakan memang nggak banyak. Namun saya cukup terbantu dengan banyaknya resep masakan di internet atau aplikasi masak yang tersedia di playstore.
Saya bukan orang yang rajin food preparation. Itu tuh... membeli bahan masakan sekaligus dan dimasak untuk beberapa hari. Seneng banget liat temen-temen berbagi foto cara mereka menyimpan food preparation. Telaten banget menyimpannya di kotak-kotak tersendiri trus disimpan di kulkas. Saya tak serajin itu. Makanya setiap pagi saya masih belanja ke pasar.
Emak-emak tetangga bilang semua barang dan sayur naik. Well... kalo Ramadan tiba, semua barang memang biasa naik harganya, bukan hal yang aneh. Yang naik tinggi adalah bawang Bombay. Satu biji bawang bombay beberapa bulan lalu harganya 3000. Beli 2 ukuran kecil bisa 5000. Sekarang sebiji bawang bombay harganya di atas 10 ribu. Karena saya nggak butuh-butuh amat bawang bombay maka kenaikan ini nggak mengganggu budget uang belanja.
Sayuran lain iya sik ada kenaikan namun masih dalam taraf wajar. Kangkung yang biasanya 5000 untuk 3 ikat, sekarang hanya dapat 2 ikat. Bayam juga sama kondisinya. Lalu jagung manis yang biasa per buahnya 3000 sekarang rata-rata 4000. Oh ya bawang merah sepertinya lagi naik ya. Saya biasa beli eceran 3 ribu rupiah karena nggak mau menumpuk bawang merah eh tadi pagi mbok penjual bilang bawang merah eceran minimal 5000 rupiah.
Di rumah, saya selalu sedia telur. Anak sulung saya nggak bisa makan nasi kalau nggak ada telur. Untung hanya telur, coba kalo kudu ada daging sapi. Pusing pala nyonya Vale. Sekilo telur di pasar dekat rumah 25 ribu rupiah per kilo. Naik sik.. sebelum PSBB harganya 23 ribu per kilo. Harga akan lebih naik mendekati Lebaran. Ndak masalah, karena beternak ayam sampe nunggu ayamnya bertelur waktunya lama dan biayanya malah bisa lebih mahal, yekan.
Untuk gula pasir, saat ini di pasar saya banyak tersedia. Di minimarket dekat rumah juga ada. Saya nggak tau ya berapa pasarannya sekarang karena jarang pakai gula pasir. Stock gula di rumah masih ada padahal saya beli 3 bulan lalu untuk ukuran seperempat kilo.
Untuk beras, di pasar tersedia beras dengan harga 12 ribu seliter untuk kualitas yang bagus. Kalo kualitas sedang 11 ribu seliter. Namun sampai beberapa minggu ke depan saya nggak beli beras, karena kemarin terima bansos yang isinya beras 5 kilogram, minyak goreng, sarden, sabun dan wafer. Nggak saya hitung total bansosnya berapa, terima aja dengan rasa syukur dan gembira. Saya percaya, rezeki makin lancar jika kita tak memaki. Begitu kan.