Akhirnya Idul Fitri yang dinanti tiba. Gimana Lebarannya hari ini? Sudah bermaaf-maafan dengan semua keluarga, sanak saudara, tetangga, teman, kerabat? Sudah makan berapa ketupat? Alhamdulillah.. saya juga sudah bersilaturahmi dengan para teman dan tetangga plus perut kenyang makan ketupat, rendang dan sayur godog. Abaikan dulu soal kolesterol.
Malam tadi ramai dengan kumandang takbir yang diselingi dengan suara petasan. Seramai notif whats app saya yang penuh dengan ucapan selamat Lebaran serta permohonan maaf. Tetangga dekat mengantar sayur dan ketupat.Â
Di lingkungan saya memang begini, tetangga dekat saling mengantar makanan. Tak masalah banyak atau sedikit makanan yang diantar, tapi ini bentuk perhatian. Meski sayur yang diantar ya sama, sayur godog atau sayur opor ayam.
Ramainya suasana di lingkungan rumah mulai lagi setelah sholat Ied. Acara salam-salaman dimulai. Semua tetangga keluar rumah dan salaman saling bermaafan. Suasana sungguh semarak. Saya sempatkan ke kuburan dekat rumah untuk berziarah ke makam almarhumah adik. Setelah pulang dari ziarah, salaman dengan para tetangga sembari balik ke rumah. Meski tetangga, kadang saya tak hapal dengan anggota keluarganya para tetangga. Jadi momen maaf-maafan emang benar-benar jadi ajang silaturahmi juga.
Sungguh membahagiakan bahwa momen Lebaran bukan hanya dialami oleh tetangga dan teman yang muslim. Namun juga dinikmati oleh tetangga dan teman yang non muslim. Selepas kembali dari ziarah, saya melewati rumah seorang tetangga yang saya tahu ia beragama nasrani. Sang bapak dan sang ibu menunggu berdiri di luar pagar, sedang menyalami anak-anak yang lewat sembari memberi lembaran uang dua ribuan yang baru.
Spontan saya ulurkan tangan untuk bersalaman dengan dua orang yang saya kenal baik ini. Belum juga saya berucap maaf, sepasang orang tua ini bilang duluan, maaf lahir batin ya dan selamat Lebaran, katanya. Saya tersenyum manis dan mengucapkan kalimat yang sama.Â
Mereka salami juga ketiga anak saya yang membuntuti di belakang saya. Sungguh tetangga yang baik dan kami para tetangga di sekelilingnya sungguh menaruh hormat pada mereka.
Perhatian seperti ini sesungguhnya saya butuhkan. Mengingat saya jauh dari saudara. Saudara saya di Jogja semua dan Lebaran ini saya tidak mudik. Lebaran tanpa kehadiran orang tua dan jauh dari saudara, agak memedihkan hati. Namun saya tetap menjalani Lebaran dengan ceria karena punya tetangga dan teman-teman yang baik.
Ada beberapa momen mengharukan tadi siang ketika saya berkunjung ke rumah seorang tetangga. Ia seorang ibu tua yang anak-anaknya sudah menikah dan tinggal di daerah yang berbeda. Cucu si ibu adalah teman sekelas anak sulung saya ketika masih sekoah dasar.Â