Kedua tokoh ini kerap "berseteru" di sosial media. Maklum, keduanya memang berbeda pilihan. Yang satu memilih plontos dan yang satu penyuka rambut lebat. Di jagat sosial media, orang pasti mengenal dua tokoh ini... Maman Suherman yang akrab dipanggil Kang Maman dan Nadirsyah Hosen yang sering dipanggil Gus Nadir.
Saya mengenal Kang Maman sejak lama. Beberapa kali pernah bertatap muka. Kang Maman adalah tokoh publik yang sering wara-wiri di televisi. Indonesia Lawak Klub cukup melambungkan namanya. Namun bukan gara-gara terkenal itu, saya "ngefans" sama beliau. Melainkan karena ia adalah sosok rendah hati yang nggak pelit berbagi ilmu.
Kang Maman sering menjadi pembicara di mana-mana, kebanyakan soal literasi. Hari ini ia bisa ada di satu kota, besok bisa berada di pulau yang berbeda. Living on a jet plane mungkin istilah yang cocok untuknya. Makanya ketika ia berada di Jakarta dan jadi pembicara sebuah acara, jikalau saya bisa, saya akan menghadirinya.
Aslinya Kang Maman bukan hanya hobi menulis buku, namun ia juga hobi membaca buku. Saat saya bersamanya menjadi narasumber di sebuah acara yang digelar Kompasiana tahun 2016, sesaat sebelum acara, saya menemui dirinya sedang memborong banyak buku.Â
Kang Maman kerap mengajarkan literasi di mana saja, saat menjadi pembicara sebuah acara atau cuap-cuap di sosial media. Saya menikmati cuitannya yang sungguh lucu namun seringkali mengeplak jiwa raga. Seperti satu cuitannya yang berbunyi "Kerap kali kita berpikir, "kita menang" setelah mencelakakan orang lain. Padahal kita sedang menggali kuburan kita sendiri." Ngeplak banget kan.
Saya menikmati cuitan Gus Nadir di sosial media yang kadang lucu dan kadang mengeplak jiwa seperti Kang maman, terutama di soal politik. Gus Nadir lebih rajin mencuit soal politik ketimbang Kang Maman memang.Â
Namun, banyak juga pelajaran soal agama yang dicuitkan oleh Gus Nadir. Sharingnya soal berbagai hadis, membuat pengetahuan saya soal agama menjadi bertambah. Kadang soal agama, saya ngintip tulisan beliau di website pribadinya yang sangat aktif.
Saat ini hoaks sangat mudah tersebar dengan narasi yang makin lama makin mengerikan dan makin sulit membedakannya dengan berita yang benar. Yang menyedihkan saat ini ayat-ayat Al Qur'an begitu mudah dipelintir artinya oleh sekumpulan orang. Lalu disebar luaskan dengan pemahaman yang bertolak belakang dengan arti yang sebenarnya.