Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Empat Hal yang Membuat Saya Tak Mau Memberi Sedekah pada Pengemis

14 Mei 2019   13:04 Diperbarui: 14 Mei 2019   13:23 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
cari uang dengan menadahkan tangan (dok.tribunnews.com)

Bulan Ramadan adalah kesempatan orang untuk beribadah karena di bulan ini semua ibadah diberi pahala yang berlipat ganda. Banyak orang memberi kebaikan yang tidak dilakukan di luar bulan Ramadan, misalnya memberi takjil gratis. Kebaikan lainnya adalah memberi sedekah pada mereka yang membutuhkan. Itulah kenapa para peminta-minta bulan ini jumlahnya makin banyak.

Pasar yang hanya ada di Minggu pagi ini ramai sekali. Pasar ini ada di wilayah Depok, mengambil area jalan umum yang tiap Minggu pagi ditutup untuk pasar. Ratusan pedagang berjualan di pasar ini. Mulai dari pedagang yang berjualan sayur, pakaian, mainan, makanan, buah semua ada di sini. Pengunjung pasar adalah warga yang tinggal di perkampungan padat di sekitar pasar.

Saya adalah salah satu pedagang yang berjualan di pasar ini. Kegiatan berdagang sudah saya lakukan sejak belasan tahun lalu. Saya menjual pernak-pernik untuk anak. Hasil jualan saya lumayan buat menambah dapur tetap mengebul. Saya tak merasa kegiatan ini berat juga, wong jualannya cuman sekali seminggu.

mengemis mendidik malas (dok.kompas.com)
mengemis mendidik malas (dok.kompas.com)
Selain pengunjung dan pedagang pasar, pasar juga banyak didatangi pengamen dan peminta-minta. Untuk pengamen banyak sekali jenisnya. Ada yang hanya berbekal kotak musik dan nyanyi ala karaoke, ada yang nyambi menghibur menggunakan ondel-ondel, ada lagi yang membawa rombongan dan menggunakan aneka gendang.

Para peminta-minta juga banyak jenisnya. Ada orang tua yang berbekal mangkok, ada yang sambil menggendong anak kecil meminta belas kasihan, ada juga yang duduk diam di tempat sambil menyodorkan kantong plastik ke pengunjung yang lewat. Jumlah mereka meningkat ketika masuk bulan Ramadan. Beberapa pengunjung saya lihat banyak yang memberi uang pada para peminta-minta ini. Saya sudah lama berhenti memberi uang kepada para peminta-minta di jalan karena beberapa faktor.

Mengajarkan Mereka Malas

Uang itu didapatkan dengan bekerja dan meminta-minta bukanlah pekerjaan. Meski bukan pekerjaan tapi hasilnya bisa jauhhhh lebih besar dari mereka yang bekerja. Beberapa kali saya membaca berita tentang pengemis yang kaya raya dari hasil mengemis. Berangkat ke lokasi mengemis aja pakai mobil. Not fair lah.

Memberi uang untuk orang yang meminta-minta makin membuat mereka yakin bahwa mencari uang itu gampang, hanya dengan menadahkan tangan. Orang tua yang berlaku begini akan mengajarkan hal yang sama pada anak-anaknya. Akhirnya anak-anaknya mengikuti jejak orang tuanya mengemis. Begitu aja terus sampe cucu Marc Marquez jadi juara dunia MotoGP.

pengemis kata Mice Cartoon (dok.pinterest)
pengemis kata Mice Cartoon (dok.pinterest)
Mendukung Eksploitasi Anak

Tak terhitung lagi para pengemis yang membawa anak kecil untuk mengemis. Entah itu anaknya sendiri atau anak orang lain. Mereka berlaku begini untuk menambah iba pemberi uang. Kalau sudah melihat anak kecil, orang gampang ibanya kan. Saya pernah membaca berita ada yang menyewakan anaknya buat diajak mengemis juga.

Memberi uang pada pengemis yang begini berarti mendukung mereka mengeksploitasi anak. Sejatinya anak itu harus dilindungi, diberi kasih sayang dan bukan malah di ekspolitasi. Lindungi kehidupan anak dengan stop memberi uang pada pengemis anak atau mereka yang membawa anak untuk mengemis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun