Tahu berita viral tentang bungkus plastik mie instant yang ditemukan seorang aktivis lingkungan? Bungkus plastik mie instant biasa kita temui di tempat pembuangan sampah, namun yang spesial dari bungkus plastik mie instant ini adalah usianya sudah 20 tahun. So selama 20 tahun bungkus plastik mie instant ini tidak terurai. Itu baru sebungkus yang ketauan, saya yakin masih banyak sampah plastik berusia puluhan tahun di luar sana.
Indonesia menjadi negara kedua terbesar penyumbang sampah plastik di dunia. Ini bukan prestasi yang menggembirakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Stastistik (BPS) sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton/tahun di mana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Sampah plastik tidak bisa benar-benar terurai. Ia akan menjadi mikroplastik yang ketika berada di laut bisa dimakan oleh ikan-ikan. Kemudian ikan-ikan itu kita makan, jadi kita makan mikroplastik dong. Mikroplastik yang masuk ke tubuh akan sangat berbahaya. Jika ia masuk ke organ seperti ginjal atau hati maka ia mengganggu fungsi kerja ginjal dan hati.
Menjelang buka puasa, kita biasa membeli makanan untuk berbuka puasa. Makanya banyak banget pedagang makanan dadakan yang menjual makanan berbuka. Misalnya jual gorengan.. ini yang paling laku sih, atau jual minuman. Kemudian jualan penganan seperti lontong. Terus.. pastinya kita beli buat dibawa pulang.. dan dibungkus menggunakan apa? Kantong plastik.
Beli lontong di pedagang A, beli tahu goreng di pedagang B, beli es kelapa di pedagang C.. dari 3 jenis makanan aja kita bisa dapat 3 kantong plastik. Ini baru untuk satu pembeli sehari.. kalikan dengan berapa belas pembeli.. kalikan seminggu. Banyak banget kantong plastiknya kan.
Saya sudah berusaha mengurangi penggunaan kantong plastik. Saya terbiasa membawa tas bahan jika berbelanja ke pasar. Pedagang sayur awalnya bingung ketika saya menolak sayuran saya dimasukkan dalam kantong plastik. Namun setelah beberapa kali, ia terbiasa juga. Tatapan aneh juga kerap saya terima ketika saya membeli minuman namun menolak diberi sedotan. Saya juga sedang mengurangi penggunaan sedotan plastik.
Lucunya lagi.. ketika makanan saya bayar, si pedagang memberi kantong plastik untuk membawa wadah makan itu, ya tentu saya tolak, wong saya bawa tas bahan kok.
Lanjut saya membeli es kelapa. Es kelapa sungguh menyegarkan ketika diminum selagi berbuka puasa. Tapi.. saya membeli es kelapa tanpa es sik.. jadinya bukan es kelapa dong namanya ya (dibahas). Saya bawa tumbler besar untuk wadah es kelapa tersebut. Lagi-lagi saya senyumi saja tatapan heran pedagang es kelapa. "Biar langsung tuang ke gelas bang..", begitu kata saya kepada si penjual es kelapa.