Buka bersama menjadi kebiasaan yang dilakukan saat bulan Ramadan. Momen buka bersama (bukber) jadi ajang keakraban sekaligus mempererat tali silaturahmi. Biasanya buka bersama mengambil tempat khusus, bisa di rumah orang yang mengundang bukber atau kalo mau praktis sih makan di restoran yang dipilih.
Bulan ini saya sudah mendapat 3 undangan buka bersama, diadakan oleh teman-teman akrab yang jarang ketemu dan hanya chit chat lewat whats app group. Undangan buka bersama yang saya dapat termasuk sedikit. Seorang teman punya undangan bukber sampai 10 kali. Ada undangan bukber dari teman SD, teman SMP, teman senam, teman jualan sampai teman arisan.
Sesungguhnya bukber itu punya beberapa manfaat. Selain menjalin tali silaturahmi, bukber adalah saran interaksi secara positif. Makan bersama biasanya sambil ngobrol dan bukan diem-dieman yekan, so obrolan ini bisa memberi insight yang positf jika obrolannya bermanfaat. Saya pernah, gara-gara bukber, jadi punya ide membuat sebuah peluang usaha.
Bukber bisa juga jadi sarana mencairkan suasana. Waktu saya masih kerja kantoran, bukber menjadi sarana buat mengakrabkan pimpinan dan karyawannya. Di momen bukber, kadang malah ada solusi untuk permasalahan yang terjadi di kantor. Sehabis bukber biasanya pimpinan dan karyawan jadi lebih kompak.
Bukber bisa menjadi ajang bergosip kalau obrolannya tidak dikontrol. Akhirnya bukannya dapet insight positif, bukber malah jadi sarana nambah dosa karena ghibah. Percuma atuh puasa seharian kalo pas buka puasa malah cari dosa lagi. Makanya di acara bukber kudu mengontrol obrolan.
Kebanyakan kita nggak bisa lepas dari telepon genggam. Nah telepon genggam bisa jadi bumerang di acara bukber. Iya sih ngumpul bareng tapi masing-masing sibuk sama gadgetnya. Yang ada mah bukan bukber itu, tapi main gadget bareng. Sebaiknya istirahatkan gadget selama acara bukber, kecuali ada urusan yang penting dan mendesak.
Bukber yang tadinya buat menjalin keakraban malah bisa jadi ajang permusuhan gara-gara ada teman yang sudah berjanji buat datang bukber eehhh ternyata nggak datang dan nggak ngasih kabar juga. Kesel itu sudah pasti. Apalagi kalau kita terlanjur booking lokasi di sebuah restoran. As we know restoran selalu padat kalo pas buka puasa, so jangan sia-siakan kursinya.
Setiap bulan puasa, saya wajib bukber di luar rumah bersama anak-anak saya. Biasanya saya dan anak-anak makan di restoran pilihan, biar ganti suasana gitu. Restoran yang dipilih ini berdasar kesepakatan bersama, pun menu buka puasanya juga berdasar keputusan bersama. Ehhh sebenernya berdasar keputusan anak-anak sih, saya hanya ikut saja.
Anak-anak saya sudah besar dan punya kesibukan sendiri-sendiri. Si sulung dan si tengah malah sudah bekerja. Makanya waktu mereka buat kumpul bersama keluarga cukup terbatas. Namun sudah tradisi bahwa anak-anak akan meluangkan waktu untuk berbuka bersama di luar rumah setidaknya sekali dalam sebulan.