Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kompasiana Dulu tak Begini, Kompasianer Dulu tak Begitu

21 November 2017   22:51 Diperbarui: 21 November 2017   23:02 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kumpul bikin hepi (dok.yayat)

Selama 8 tahun saya bergabung dengan Kompasiana, banyak hal yang telah saya dapatkan. Dulu.. sebelum saya mengenal Kompasiana, saya adalah orang yang malu-malu. Sekarang saya jadi orang yang malu-maluin. Saya berubah, Kompasiana pun demikian. Jika ingat Kompasiana di awal kelahirannya adalah rumah untuk kalangan terbatas (wartawan), maka saat ini Kompasiana telah membuka pintunya lebar-lebar menyambut siapapun yang datang.

Berkembangnya Kompasiana hingga seperti sekarang tentu tak luput dari kerja keras tim managemen Kompasiana yang menjaga Kompasiana tetap gagah berdiri. Juga karena kesetiaan para kompasianer yang meski misuh-misuh saat Kompasiana error, tapi nggak juga pindah ke lain hati. Meski tetangga sebelah menawarkan keuntungan yang lebihhhh dari Kompasiana sekarang ini.

Di Kompasianival 2017 kemarin, saya sungguh terkejut dengan kehadiran banyak kompasianer muda. Orang-orang yang tak pernah saya liat sebelumnya. Orang-orang ini usianya jauh di bawah saya, nampaknya dari kalangan mahasiswa, memenuhi pelataran Kemang Village tempat Kompasianival diselenggarakan. Mereka menyimak dengan seksama diskusi yang berlangsung di panggung utama.

mas Agung jauh-jauh datang cuman buat ngupas buah (dok.yayat)
mas Agung jauh-jauh datang cuman buat ngupas buah (dok.yayat)
Orang-orang muda ini banyak yang bertahan hingga acara Kompasianival selesai. Saya sampai kesulitan mencari muka-muka lama yang biasanya hadir jika Kompasianival diadakan. Bagi kami, Kompasianer muka lama, Kompasianival adalah ajang tahunan yang wajib kami datangi karena di Kompasianival lah kesempatan kami buat kopi darat.

Banyaknya kompasianer muda tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kompasiana. Artinya anak muda jaman now menganggap Kompasiana menarik makanya mereka mau bergabung dan menulis di Kompasiana. Terlihat dari riuhnya tulisan di Kompasiana yang ditulis oleh nama-nama yang baru saya dengar. Walau tulisan itu berupa artikel tugas dari dosennya, nggak masalah. Ini lebih bagus lagi, karena para dosen menganggap Kompasiana adalah media yang punya taji. Perkara kita mau membacanya atau tidak itu urusan belakangan... yekan.

Namun di balik kegembiraan saya dengan hadirnya para Kompasianer baru yang muda-muda itu, terbersit perasaan sedih. Sedih ternyata saya udah tua banget hikkkkssss (tersedu-sedu di dada Rossi). Juga sedih karena saya sadari Kompasianer muka lama yang jadul-jadul itu sekarang jauh berkurang. Banyak yang tulisannya tak lagi wara-wiri di halaman muka Kompasiana.

ini lho para kompasianer jadul (dok.yayat)
ini lho para kompasianer jadul (dok.yayat)
Di Kompasianival kemarin pun, persentase kehadiran para Kompasianer jadul paling nggak sampe 1,46 persen dari total kompasianer yang hadir. Dari Jakarta sedikit, dari luar kota pun lebih sedikit. Sungguh berbeda dengan Kompasianival tahun lalu di mana Kompasianer jadul masih banyak yang wara wiri di Kompasianival, bahkan yang sengaja datang dari luar kota pun begitu banyaknya. Kenapa ya?

Menurut kabar burung yang tak dapat dipercaya kebenarannya, Kompasiana tak menarik hati para Kompasianer jadul lagi. Magnet nya sudah berkurang. Cinta sudah hilang dari hati akibat Kompasiana lari cepat dan Kompasianer jadul sulit mengikuti. Selain juga karena Kompasianer jadul sudah sibuk dengan urusan masing-masing, sekalinya nggak sibuk dan nengok Kompasiana eeehhh Kompasiana nya error. Ibarat mantan yang ditolak mentah-mentah karena nggak juga datang melamar (lebay).

Tema Kompasianival tahun ini sebenarnya bagus, Kolaborasi Generasi. Artinya Kompasiana emang terbuka untuk banyak generasi dan membiarkan generasi berbeda ini berkolaborasi. Namun.. kalo saya melihatnya sebagai... Kompasiana bikin golongan-golongan, ada kompasianer jadul, kompasianer milenial, kompasianer jaman now dan lain-lain. Ini bikin saya makin sedih.. karena saya tau saya nggak bisa masuk ke golongan kompasianer jaman now (tersedu-sedu lagi).

kompasianer jadul juga (dok.yayat)
kompasianer jadul juga (dok.yayat)
Namun.. saya anggap ini emang seleksi alam yang terjadi di banyak hal. Perubahan yang terjadi di Kompasiana di satu hal akan menggerus keberadaan Kompasianer yang tergaga gaga mengikuti perkembangan jaman. Di sisi lain akan menjaring Kompasianer baru dengan pemikiran yang lebih terbuka. Anak-anak muda ini akan membawa Kompasianer ke level yang berbeda, lebih kekinian tulisan-tulisannya.

Daripada tersedu-sedu mengadu pada babang Valentino Rossi yang tidak peduli, lebih baik singsingkan lengan baju dan pasang ikat kepala, lalu buka laptop dan menulis. Karena cara kompasianer jadul tetap bertahan di tengah serbuan kompasianer jaman now adalah tetap konsisten menulis dan sempatkan untuk datang jika Kompasianival diadakan. Jangan biarkan kompasianer jadul makin berkurang, maju terussss kompasianer jadul!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun