Kalau kebetulan Anda jalan-jalan menyusuri lorong Pasar Beringharjo Jogjakarta, cobalah mampir ke pintu B4 yang berdekatan dengan parkiran motor. Pintu ini gampang dicapai dari Jalan Malioboro. Kenapa? Karena ada pecel turi yang enak dan patut Anda coba. Juga ada sate daging dengan gajih yang royal sekali.
Saya mendatangi mbok penjual pecel turi dan sate ini ketika datang ke Jogjakarta dalam rangka Indonesia Community Day tanggal 14 Mei 2017. Bersama teman-teman Kompasianer dari Jakarta yang datang ke sana juga, kami mencari pecel turi. Tadinya pecel turi banyak dijual di pintu depan pasar Beringharjo yang berhadapan dengan jalan Malioboro. Tapi area ini sedang dibangun pedestrian jadi penjual pecel turinya libur.
Seporsi pecel turi tanpa ketupat dijual seharga sepuluh ribu rupiah. Porsinya cukup bikin perut kenyang apalagi kalau kita menambahkan ketupat di dalamnya. Kuah kacang yang kental disiramkan ke atas pecel. Kuah kacang ini dibuat sendiri oleh si mbok penjual pecel turi. Buat ukuran saya, kuah kacang ini kurang pedas, tapi tenang.. si mbok menyiapkan sambal buat kita para penyuka pedas.
Di hari berikutnya saat saya makan pecel turi ini lagi, saya minta porsi bunga turinya lebih banyak. Pohon turi biasa ada di pinggir jalan. Di kampung saya di Jogja banyak pohon turi berjajar di pinggir sawah. Bunga turi berwarna putih kehijauan. Rasanya agak pahit tapi cukup crunchy dikunyah. Bunyinya kres... kres... gitu. Inilah yang membedakan pecel turi dengan pecel lainnya. Kadang-kadang ada bunga kecombrang sebagai pelengkap juga.
Sate ini dibakar setelah dilumuri kecap. Sate harus dimakan panas-panas karena kalau sudah dingin, sate ini akan keras dan tak lagi nikmat. Setusuk sate dijual seharga 2500 rupiah. Si mbok penjual sate seta berjualan di tempat ini sejak dulu. Ada 2 pedagang sate di lokasi yang sama. Namun si mbok yang saya potret ini punya pembeli yang lebih banyak.
Di pintu B4 pasar Beringharjo juga ada penjual bubur kampiun. Nampaknya bubur ini enak sekali hingga penjualnya tak pernah sepi pembeli. Saya dua hari menyambangi si bubur kampiun dan tak pernah kebagian. Belum rezeki saya nih. Kalau Anda ke sana dan sempat membeli bubur kampiun, bilang ke saya ya bagaimana rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H