Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menulislah Agar Tak Hilang Ditelan Sejarah

20 November 2016   16:15 Diperbarui: 21 November 2016   09:02 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana suka sekali memberi kejutan. Beberapa kali kejutan ini saya alami. Kejutan dari Kompasiana yang saya alami tahun ini adalah saya dapat gelar Kompasianer of The Year 2016, kejutan selanjutnya adalah disuruh untuk menjadi salah satu narasumber dalam Kompasiana Nangkring bertema Saatnya Warga Menulis di ICE BSD Jakarta 6 November 2016. Kejutan lainnya adalah ada kang Maman Suherman, penulis yang saya kagumi menjadi narasumber juga di acara itu. Selain ada juga mas Iskandar Zulkarnain alias mas Isjet. Nggak salah nih saya sepanggung sama orang-orang hebat? Seakan nggak percaya saya.

6 November 2016 merupakan puncak dari minggu yang melelahkan buat saya. Ceritanya tanggal 27 Oktober 2016 saya terbang ke Kuala Lumpur untuk menonton MotoGP Sepang Malaysia. Saya memang meniatkan diri buat selalu nonton secara langsung di Sepang Malaysia. Biasanya saya di Kuala Lumpur hanya 5 hari, setelah race hari Minggu saya akan terbang ke Jakarta esok harinya. Tahun ini berbeda. Setelah nonton MotoGP, saya masih lanjut di Kuala Lumpur guna memenuhi undangan Matrade untuk hadir di Malaysia Fashion Week 2016.

Acara MFW 2016 ini berlangsung tanggal 2 sampai 5 November 2016. Penutupan MFW 2016 baru selesai jam 8 malam. Saya bersama 3 blogger Indonesia yang sama diundang juga, balik ke hotel dan bersiap untuk packing. Kepulangan kami ke bandara diantar oleh shuttle yang disediakan khusus oleh Matrade. Karena jadwal pengantaran shuttle tersebut 2 jam sekali, maka saya harus berangkat jam 3 pagi dari hotel karena saya terbang jam 7 pagi. Artinya.. saya memutuskan tidak tidur daripada bablas tidur dan ketinggalan pesawat.

sepanggung dengan orang-orang hebat (dok.kang maman)
sepanggung dengan orang-orang hebat (dok.kang maman)
Saya memang meminta untuk terbang pagi-pagi demi mengejar acara Kompasiana Nangkring di ICE BSD. Teman saya yang lain jam 10 pagi jadwal terbangnya. Saya tiba di Cengkareng dengan rasa kantuk. Saya langsung menuju BSD dan tak sempat mampir ke rumah. Mudah-mudahan peserta Kompasiana Nangkring nggak melihat wajah kuyu saya ya… wajah emak thoyib yang baru pulang. Mas Rizky Saragih, Marcomm Kompasiana sekaligus host Kompasiana Nangkring menemui saya yang sedang menggeret koper di pintu masuk hall ICE BSD untuk memberikan tiket masuk.

Saya kenal kang Maman Suherman saat acara Kompasianival di Grand Indonesia. Dulu Kang Maman aktif menulis di Kompasiana, saat ini beliau absen menulis di Kompasiana karena kesibukannya di ILK dan kegiatan lain. Hampir setiap hari kang Maman pergi keluar kota, memenuhi undangan dari berbagai pihak yang mengadakan acara dengan beliau sebagai salah satu pembicaranya. Kang Maman Suherman tetaplah sosok yang sama seperti yang saya temui kali pertama dulu. Sosok yang rendah hati, lucu, selalu melontarkan kalimat-kalimat unik dan bersemangat bicara soal wanita dan anak.

Saya ketemu kang Maman siang itu sedang membawa setumpuk buku yang ia beli di booth Gramedia. Ada buku yang akhirnya ia dapatkan di Gramedia itu katanya. Membaca buku sudah biasa tapi bagaimana bisa hapal quote-quote yang ada dalam buku? Nah.. ini kang Maman yang bisa dan saya lupa menanyakan hal ini padanya. Sayangnya kondisi hall 8 sangat bising, sungguh nggak nyaman buat berbincang karena suara kita kalah keras dengan suara mikropon di sekeliling. Jadi.. nggak bisa ngobrol banyak deh.

Menulis adalah sebuah cara untuk membaca.. kata kang Maman. Setelah menulis maka kita akan membaca tulisan kita berulang kali.. mengecek apakah ada typo atau ada kalimat yang tidak tepat dan baru mempublishnya setelah tulisan itu sempurna. Menulis juga adalah sebuah cara menyampaikan pikiran di tengah kebisingan. Sungguh nggak nyaman bicara di tengah suasana ramai dan bising seperti di hall 8 kemarin, maka cara efektif adalah dengan menulis.

saya dan teman-teman blogger (dok.yayat)
saya dan teman-teman blogger (dok.yayat)
Beberapa teman suka bertanya pada saya, gimana cara menjadi seorang blogger. Saya jawab.. menulislah. Tak bisa.. menulis itu susah.. kata mereka. Susah? Kapan kita pertama kali mengenal angka dan huruf? Sejak TK? SD? Intinya.. sejak puluhan tahun lalu kita sudah mengenal angka dan huruf. Lalu setelah mengenal angka dan huruf kita belajar membaca dan menulisnya. Maka sejak puluhan tahun lalu sebenarnya kita sudah bisa menulis. Masa masih bilang menulis itu susah.

Menulis itu gampang.. yang agak sulit adalah merangkai kalimat-kalimat menjadi kesatuan utuh yang membentuk informasi di mana pembacanya mengerti informasi ini. Eerrrr… kalimat saya kok jadi serius gini ya. Singkatnya.. menulis itu mudah, tapi membuat tulisan bisa dipahami pembacanya itu tidak mudah.. ngono. Kesulitan lain adalah.. konsisten. Ini jawaban kedua yang saya berikan pada beberapa teman yang bertanya cara menjadi blogger.

Untuk menjadi penulis atau blogger harus konsisten dalam menulis. Terserah sih mau nulis berapa kali sehari.. mau tiga kali sehari ya monggo. Mau sehari sekali ya oke. Saya belum bisa menulis sehari sekali. Target saya sejak mengenai dunia menulis adalah posting minimal sekali seminggu. Nggak apa-apa… yang penting konsisten. Jangan setelah sekali menulis lalu sebulan hilang. Lalu menulis lagi… kemudian 6 bulan hilang. Itu blog nya keburu jamuran.

Setelah ada niat menulis dan ada niat konsisten.. lalu saya ditanya lagi oleh beberapa teman. Apa yang harus kita tulis? Saya jawab pertanyaan ini dengan sebuah pertanyaan.. maunya nulis apa? Saat saya memutuskan join di Kompasiana 7 tahun lalu, saya belum berencana menulis soal MotoGP dan Valentino Rossi. Boro-boro mau nulis artikel, wong kasih komen di tulisan orang aja gemeteran. Tapi karena sayang bener lapak di Kompasiana kosong terus akhirnya saya menulis sebuah tulisan yang hancur banget. Ini sebuah prestasi buat saya yang biasanya menghitung angka eehhh bisa nulis artikel. Saya bilang sama diri saya.. kamuuuu luaarrr biasa (lebay mbok ben). Hobi nonton MotoGP dan Rossi membuat tulisan soal balapan mengalir deras menyerbu Kompasiana sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun