Berbagi Rossi? Emangnya Rossi sebangsa makanan yang bisa dibagi-bagi? Ya bukanlah.. Valentino Rossi yang The King of MotoGP itu bukan sebuah makanan yang bisa dibagi-bagi. Saya pakai judul itu karena... lagi mentok, mati gaya, nggak bisa cari judul yang lain. That's it! Yang mau saya  tulis itu sebenarnya bagi-bagi soal... Rossi (halah gubrak).
Jaman dahulu kala saat dunia Kompasiana belum seramai sekarang, ada seorang teman yang hobi banget ngomongin personal branding. Kata teman ini, sebut saja namanya Mukidi, bilang bahwa seorang blogger sebaiknya punya personal branding yang membuat ia dikenal karena tulisannya punya ciri khas. Ketika saya tanya sama si Mukidi ini, what the kamsud dengan personal branding, ia menjawab, elo tuh udah punya personal branding, ngapain tanya lagi? Sebuah jawaban yang penuh kode minta dibawain gilingan pemirsa.
Personal branding ini baru saya mengerti 46 tahun kemudian (lebay mbok ben) dan setelah saya mengerti, saya menolak anggapan bahwa personal branding ini yang membuat saya jadi getol menulis di Kompasiana tentang Valentino Rossi. Bukan demi personal branding tapi soal berbagi. Iya berbagi. Anda mau lanjut baca tulisan saya? Karena selanjutnya penuh dengan kenarsisan saya lho.. nggak nyesel (lalu dikeplak helm Lorenzo).
Tujuan saya adalah agar MotoGP dan Valentino Rossi lebih dikenal di Kompasiana. Sebuah tujuan yang mulia bukan? Ya masa Anda cuman kenal PSSI atau Messi? Masa cuman ngomongin Ahok dan Jokowi. Masa cuman ngomongin enaknya piknik dan makan gratis. Ini lho ada olahraga yang bermanfaat buat kesehatan jantung dan jagoannya tampan luar biasa.Â
Kesukaan saya menulis tentang Rossi membuahkan hasil yang tidak disangka. Saya makin suka mencari tau berita terbaru tentang Rossi dan MotoGP. Tujuannya.. buat di share di Kompasiana. Lalu saat saya berkesempatan melihat balapan MotoGP secara langsung di Sepang, saya berusaha keras untuk menuliskannya di Kompasiana secara reportase live. Teman saya di bis dalam perjalanan saya dari sirkuit ke hotel bilang saya ini seperti wartawan balapan aja, karena di bis pun saya menulis buat Kompasiana.
Hubungan saya dengan Kompasiana sebenernya nggak selalu baik juga. Saya pernah berniat keluar dari Kompasiana karena marah Kompasiana error dan saya tidak bisa mempublish tulisan. Saya menghilang beberapa pekan. Tapi akhirnya balik lagi setelah seorang Kompasianer yang tulisannya sangat saya kagumi bilang.. Â jadi orang mbok ojo ambekan (jadi orang jangan suka ngambek). Saya balik ke Kompasiana dan puas karena telah mengalahkan ego saya yang tidak mau kembali ke sini.
Saya nggak ngambek lagi sejak itu. Mau Kompasiana error atau apapun saya tetap di sini dan menulis tentang Rossi. Konsistensi saya menulis sebuah jenis olahraga memberikan efek lain yang lagi-lagi tidak disangka. Ada acara ngoplah alias ngobrol palmerah. Acara ini diadakan oleh Kompasiana untuk para komunitas di Kompasiana berbincang tentang banyak hal dan mengundang Kompasianer sebagai peserta. Tiap acara Ngoplah beda-beda pengisinya. Tiba gilirannya untuk Koprol, Kompasianer penggila olahraga yang saya ikut terjun di dalamnya sebagai admin, diberikan kesempatan oleh Kompasiana untuk Ngoplah.
Di acara ini sebenernya saya lebih menyadari arti berbagi. Mas Yos Mo dan mas Kevin selaku admin Kompasiana meminta saya menjadi salah satu pembicara di acara ini yang sharing kepada para peserta Ngoplah tentang konsistensi saya menulis soal MotoGP dan Rossi. Saya bingung luar biasa karena tidak pernah berbicara di depan para kompasianer yang jago luar biasa. Tapi ya karena nggak ada lagi anggota Koprol yang mau jadi narasumber ya udah hajar.. lanjutlah itu saya sharing di hadapan para peserta.