Anda bosan dengan ribuan gedung-gedung yang ada di Jakarta dan pengen suasana berbeda? Tapi nggak jauh dari Jakarta dan cuman punya waktu sedikit buat berwisata? Capcussss ke Pulau Seribu yuk. Baberapa pulau di Kepulauan Seribu menyuguhkan pemandangan yang eksotik. Buat Anda yang menyukai suasana pantai tapi nggak punya waktu dan dana banyak buat liburan bisa menyambangi salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Ada beberapa pulau yang punya suasana eksotis, yaitu Pulau Harapan, Pulau Bidadari, Pulau Tidung, Pulau Pramuka, Pulau Pari dan lain-lain.
Saya dan teman-teman mengunjungi Pulau Harapan, Sabtu 15 Agustus 2015 kemarin. Karena pengen liburan dengan biaya seminim mungkin, kami berangkat dari pelabuhan kaliadem di Muara Angke. Seumur-umur baru kali itu saya ke wilayah Muara Angke. Kami tiba di Muara Angke sebelum setengah tujuh pagi. Hari itu awal long weekend, jadi saat tiba di gerbang Muara Angke kami sudah disambut dengan kemacetan yang ruaarrr biasa. Terpaksa kami turun dari mobil dan niatnya jalan kaki menuju ke pelabuhan. Ternyata di tengah jalan ada angkutan (mobil odong-odong) yang bisa membawa kami ke pelabuhan. Ongkosnya lima ribu rupiah per orang.
Perjalanan menuju pelabuhan dihiasi macet, genangan air dan bau yang bikin saya mabok. Namanya juga pasar ikan.. di sepanjang jalan ada area penjemuran ikan asin yang luas banget. Tau cara bikinnya seperti ini saya nggak akan makan ikan asin lagi. Dermaga penuh dengan orang-orang yang mau pergi ke pulau juga. Wakil guide yang menunggu kami langsung mengarahkan kami untuk naik ke kapal Garuda Express yang akan membawa kami ke Pulau Harapan. Jangan bayangkan kapalnya seperti kapal fery yak karena kapal ini kapal kayu, dua tingkat dan sudah full dengan manusia yang akan liburan. Mungkin ada 500 an lebih di kapal ini. Sungguh saya nyaris balik pulang melihat kondisi ini.
Akhirnya nyaris jam 11 siang kapal baru diijinkan jalan. Oh iya, posisi saya di kapal ini adalah di ruang nahkoda bersama belasan orang. Saya berdiri di sisi sang nahkoda, udah kayak nahkoda pengganti aja saya. Di meja nahkoda nggak ada kompas penunjuk arah dan alat komunikasi standar yang bisa memberitahukan ke pengawas dermaga bila terjadi apa-apa. Jadi kapal jalan berdasarkan ingatan si nahkoda aja. Kalo nahkoda lupa arah dan nyasar.. yah paling kita cuma bisa berharap agar kapal ini berlabuh di Itali (ngarep).
Perjalanan dari Muara Angke menuju Pulau Harapan memakan waktu 3 jam. Kapal kayu melaju di sela hantaman ombak yang bikin kapal miring ke kiri dan ke kanan. Beberapa kali terdengar teriakan penumpang yang kaget saat kapal miring kena hantaman ombak. Bunyi "kriet.. kriet" dari kayu kapal menambah horor suasana. Perut rasanya diaduk-aduk. Banyak penumpang yang sudah mengeluarkan isi perutnya dengan sukses. Doa dan Istighfar terucap sepanjang jalan.. perjalanan ini membuat saya jadi ingat Tuhan. Di sela ketakutan saya akan hal buruk yang mungkin terjadi, saya melihat si nahkoda begitu tenang menghadapi ombak yang bikin kapal miring ke kiri dan ke kanan. Ketenangan si nahkoda membuat saya tenang.. untuk sedetik.
Jam 3 sore kami berangkat ke Pulau Genteng Besar untuk snorkling. Lagi-lagi menggunakan kapal kayu tapi berukuran kecil. Biasanya kapal ini digunakan nelayan buat mencari ikan. Mabok laut hilang setelah kami melihat suasana laut dengan latar belakang pulau-pulau hijau. Tiga puluh menit perjalanan dari Pulau Harapan ke Pulau Genteng Besar. Ada beberapa kapal dengan serombongan penumpang saat kami tiba di Pulau genteng Besar. Mereka sedang snorkling juga. Setelah jaket pelampung dan kacamata dibagikan kamipun nyemplung ke laut.. Byyuuuuurrr.....
Mestinya kami ke satu pulau lagi buat snorkling tapi karena hari sudah sore dan temen-temen juga capek maka kamipun balik pulang. Angin laut menyegarkan dan langit yang menyemburatkan warna matahari menjelang tenggelam menemani kami kembali ke Pulau Harapan. Setelah mandi dan makan malam, kami dijemput Miko untuk ber-barbeque-an. Makan ikan bakar di pinggir pantai, di bawah langit penuh bintang sambil mendengar alunan lagu-lagu betawi dari para penyanyi di panggung hiburan dekat dermaga sungguh melenakan. Saya lupa dengan perjalanan menakutkan tadi siang.
Inginnya kami lama menikmati suasana pantai Pulau Bira, sayangnya kami harus kembali ke Jakarta siang itu. Kapal kayu Garuda Express yang akan membawa kami ke Jakarta dijadwalkan tiba di dermaga jam 11 siang. Jadi kami pergi dari Pulau Bira yang suasananya bikin adem hati. Balik ke homestay cuma untuk ambil tas dan kami jalan menuju dermaga. Ratusan orang sama akan kembali ke Jakarta juga. Bayangan saya pasti kapal akan overload seperti saat berangkat kemarin. Jalan dermaga yang lebarnya dua meteran penuh sesak dengan penumpang yang akan kembali ke Jakarta dan penumpang yang baru datang dari Jakarta. Benar-benar penuh sesak.