[caption id="attachment_132667" align="aligncenter" width="600" caption="yang kepalanya nongol itu posisinya di dalam WC lho (dok.devims.wordpress.com)"][/caption]
Akhirnya sebuah jenis transportasi berpihak pada rakyat. PT KAI mulai tanggal 1 Oktober 2011 tidak akan menjual tiket berdiri untuk kelas bisnis dan ekonomi khususnya untuk kereta api jarak jauh (berita TV One). Sudah bisa dibayangkan bahwa para penumpang kereta api akan mendapat kenyamanan yang luar biasa, terutama bagi pengguna kelas ekonomi.
Sebenarnya berita ini sudah lebih dulu saya dengar dari ayah saya ketika ayah saya menyambangi Jakarta. Ayah saya selama ini tinggal di Jogja. Lebaran kemarin ia datang ke Jakarta untuk menengok cucunya. Ayah saya pengguna kereta api yang setia dan favoritnya cuma satu, Progo. Kereta berkelas ekonomi ini memang selalu menjadi pilihan bila ia melakukan perjalanan Jakarta-Jogja-Jakarta.
Harga tiket kereta api Progo memang murah. Tiga puluh lima ribu dan Anda sudah bisa melakukan perjalanan dari Jakarta ke Jogja atau sebaliknya. Dengan harga tiket semurah itu wajar bila tiket kereta api Progo selalu ludes terjual. Tiket berdiri apalagi tiket dengan tempat duduk selalu tak bersisa. Bahkan yang tak punya tiketpun akan naik juga. Perkara tiket gampanglah bayar di atas (dalam gerbong maksudnya).
Karena itu Anda pasti terbiasa melihat penumpang naik ke kereta api dengan cara apapun. Ada yang sampai naik dari jendela karena melalui pintu sudah tak muat lagi. Untungnya walau tubuh saya kecil imut begini saya tak pernah memaksakan diri naik ke dalam gerbong Progo lewat jendela. Malu-maluin Rossi itu namanya.. halahhh…
Nah lebaran kemarin ayah saya bercerita tentang perjalanannya menggunakan Progo. Katanya Progo sekarang berbeda dengan biasanya. Cukup aneh buat saya yang mendengarnya saat itu. Tiket untuk berangkat hari ini harus dibeli kemarin karena tiket hari ini hanya melayani penumpang yang akan berangkat besok.
Keanehan yang lain adalah tiket yang dibeli ayah saya bernomor tempat duduk. Hari dimana ayah saya berangkat ke Jakarta adalah hari kedua lebaran dimana biasanya tiket yang dijual tanpa tempat duduk karena penumpang kereta sangat penuh.
Saat ayah saya naik ke dalam gerbong ada keanehan lagi, penumpang tidak berdesak-desakan naik juga dan tentu saja tidak terlihat penumpang yang memaksa naik lewat jendela. Setelah kereta berjalan, kekhawatiran ayah saya bahwa kereta api akan padat penumpang tidak terjadi. Penumpang kereta duduk semua tak ada satupun yang berdiri.
[caption id="attachment_132668" align="aligncenter" width="468" caption="yang seperti ini akan tinggal kenangan? (dok.blangwirkuno.blogspot.com)"][/caption]
Dasar memang ayah saya orangnya penasaran (sama seperti anaknya hehehehe), dia bertanya pada seorang polisi pengaman kereta (apa ya ini namanya) tentang kondisi ini. Si polisi menerangkan pada ayah saya bahwa ada perubahan dalam pelayanan kereta api. Tiket yang dijual sama jumlahnya dengan jumlah tempat duduk. Tiket berdiri tidak ada. Penumpang yang kelihatan berdiri akan di cek tiketnya dan di cek kursinya.
Lalu katanya lagi, pintu setiap gerbong ditutup selama perjalanan dan hanya di buka di stasiun yang sudah ditentukan. Biasanya di kereta Progo para pedagang akan seenaknya lalu lalang. Tiap menit tak berhenti. Buat saya inilah daya tarik tersendiri dari kereta Progo. Saya sering menemukan barang unik dengan harga murah meriah lewat para pedagang ini.
Nah karena pintu gerbong ditutup otomatis para pedagang tak bebas lagi untuk berjualan di dalam gerbong. Ini memang dilarang. Pedagang hanya boleh menawarkan dagangannya melalui jendela kereta dari luar gerbong. Peraturan ini pastinya membuat nyaman para penumpangnya. Namun pasti tidak membuat nyaman para pedagang karena pendapatan mereka pasti jauh berkurang. Entah apa komentar para pedagang atas peraturan baru dari kereta api ini.
Juga entah apa pendapat para calo mengenai hal ini. Sudah biasa para calo sukses beredar di dalam penjualan tiket. Dulu saya pernah menulis pengalaman saya seputar calo tiket kereta di kompasiana ini, cek sendiri ya di lapak saya. Ketika ayah saya bertanya perihal calo, polisi itu menjawab calo bisa mati berdiri sekarang ini. Maksudnya calo sudah susah beroperasi di kereta api.
Balik ke berita TV One tadi, kereta api jarak menengah masih menjual tiket berdiri, tapi jumlah tiket berdiri hanya sebanyak 25 % dari jumlah tiket bertempat duduk. Kereta jarak menengah itu contohnya ke Purwakarta atau Bandung. Buat penumpang yang kedapatan naik tanpa tiket jangan khawatir, Anda akan diturunkan di stasiun terdekat dan tak dikenakan denda.
Semoga saja peraturan dari PT KAI ini berlangsung selamanya. Sudah selayaknya masyarakat pengguna kereta api mendapat kenyamanan yang selama ini menjadi hak mereka. Pengguna kereta api merupakan pengguna terbanyak dari semua jenis angkutan umum bukan? Pengguna kereta api juga kebanyakan berasal dari kelas menengah ke bawah.
Namun PT KAI harus siap dengan konsekuensi dari peraturannya yaitu bertambahnya penumpang yang tak dapat diangkut. Hanya ada 2 solusi untuk mengatasi penumpukan penumpang, tambah gerbong kereta atau tambah jam keberangkatan. Jangan sampai peraturan yang ditujukan untuk kenyamanan penumpang berimbas pada masalah di sisi lain, yaitu menumpuknya penumpang. Ini seperti menutup lubang yang satu tapi kejeblos di lubang yang lain.
Sekarang saya harus bersiap kehilangan beberapa hal jika menaiki kereta Progo. Saya akan kehilangan kesempatan mendapat barang unik dan murah meriah juga akan kesulitan membeli sebuah penganan favorit saya yang penjualnya biasa naik dari stasiun Kebumen, lanting.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H