Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Garuda di Dada Bambang Pamungkas

8 Desember 2010   08:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1291794650115667349

[caption id="attachment_76842" align="aligncenter" width="536" caption="Bambang Pamungkas dalam seragam merah putih (dok.bambangpamungkas20.com)"][/caption] Akhirnya Indonesia melaju ke babak semifinal piala AFF 2010. Semalam Indonesia mengalahkan Thailand setelah sebelumnya mengalahkan Malaysia dan Laos. Saya tak ingin membahas tentang jalannya pertandingan sepakbola itu di sini, karena banyak yang lebih ahli soal itu. Saya ingin share sedikit tentang si penendang bola saat penalty semalam, Bambang Pamungkas. Bermula sebuah link yang diberikan oleh seorang teman saya. Link itu adalah Official Website mas Bambang Pamungkas. Waktu luang saya hari ini saya habiskan dengan membaca tulisan-tulisan mas Bepe di situ. Maaf, hari ini saya tinggalkan Kompasiana sementara. Saya tak terlalu mengenal sosok mas Bepe ini. Yang saya tahu dia adalah salah seorang punggawa Persija. Ini pun saya tahu karena seorang anak saya yang penyuka Persib justru mengidolakan mas Bepe yang "orang" Persija. Namun dari tulisan-tulisannya ternyata saya tak hanya bisa mengenal seorang Bambang Pamungkas, namun juga menyadari bahwa kita punya seorang pemain berjiwa besar dengan rasa nasionalisme yang tinggi yang begitu mencintai Garuda. Sebuah tulisan yang membuat saya tersentak adalah tulisan dengan judul "Sebuah janji di tengah malam yang sunyi" yang diposting tanggal 6 desember 2010. Di situ mas Bepe bercerita tentang pengalamannya ketika membela timnas dalam Sea Games 1999 di Brunei Darussalam. Saat itu mas bepe berstatus pemain amatir alias belum pernah bermain di Liga Indonesia. Bergabung dalam timnas ketika itu merupakan sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi seorang Bepe karena dia bermain dengan pemain-pemain kelas satu ketika itu seperti Bima Sakti, Rochy putiray, Nur Alim dll. Timnas membawa pulang perunggu setelah mengalahkan Singapura dalam adu penalty. Mas Bepe menulis betapa bangganya ayahnya mengetahui bahwa anaknya bisa bermain dalam Timnas Indonesia. Jersey merah putih dengan nomer 20 di dada adalah jersey pertama yang didapat dari timnas. Jersey itu oleh sang ayah di pajang di dinding dalam sebuah pigura. Suatu malam Bepe muda berjanji di hadapan jersey merah putih berpigura dengan nomer 20 di dadanya dan penuh dengan tanda tangan para punggawa timnas. "Saya berjanji untuk selalu berusaha menepati dan menyanggupi setiap panggilan dari tim nasional Indonesia, apapun keadaannya. Saya akan selalu berusaha untuk datang tepat waktu, memberikan kemampuan terbaik saya, serta memberikan dedikasi tertinggi saya kepada pasukan garuda, dalam apapun kendalanya." “Kemampuan saya mungkin akan berangsur surut seiring dengan berjalannya waktu, ketajaman saya sebagai seorang striker mungkin lambat laun akan memudar seiring dengan berkembangnya permainan sepakbola itu sendiri. Akan tetapi TIDAK dengan komitmen dan dedikasi saya kepada tim merah - putih. TIDAK AKAN PERNAH BERUBAH…!!!” “Cepat atau lambat, jersey merah - putih ini pasti akan tanggal dari badanku. Akan tetapi satu hal yg pasti, lambang Garuda itu akan tetap melekat di dada kiriku, tinggal disana sampai akhir hayatku”. Itulah kata-kata yang diucapkan dalam janji seorang Bepe. Maka kita melihat semangat menyala-nyala dari seorang Bepe yang menendang bola, walaupun dalam 3 pertandingan krusial dia tak pernah diturunkan untuk waktu yang penuh. Orang bilang itu karena permainan mas Bepe sudah menurun. Ada lagi yang bilang bahwa sinar seorang Bepe sudah meredup. Kemampuan seorang Bepe tenggelam dalam permainan ciamik mas Firman Utina, atau ketajaman seorang Gonzales dan kelincahan seorang Okto Maniani Semangat inipun tak surut walau persepakbolaan Indonesia terpuruk. Di saat banyak orang merasa lebih tahu tentang kondisi persepakbolaan kita dan bagaimana seharusnya perbaikan dilakukan, seorang Bambang Pamungkas tetap berusaha mengangkat harkat persepakbolaan kita dengan caranya sendiri, bermain bola dengan segenap jiwa dan raganya. Tak peduli bagaimana orang menilai dirinya. Seperti kehidupan yang terus berputar, memang tak mungkin bila posisi seseorang akan selalu di atas. Kemampuan seseorang juga akan surut. Mas Bepe menyadari itu, namun sampai dengan tiba waktunya dia tak dibutuhkan lagi, dia akan terus memberikan penampilan terbaiknya bagi merah putih, seperti barisan kata-kata yang dia tulis : "Seperti halnya pigura kaca tersebut, yg sampai dengan saat dimana saya menulis artikel ini, masih menempel dengan kokoh di tempat yg sama dan tidak bergerak sedikitpun. Maka sampai detik ini, keyakinan, komitmen dan dedikasi saya juga tidak bergerak dan berkurang sedikitpun, tidak akan pernah berkurang kawan, sampai kapanpun. Saya tidak akan berhenti bermain untuk tim nasional, sampai suatu saat nanti, tenaga dan pikiran saya tidak dibutuhkan lagi oleh pelatih tim nasional." Beruntunglah Indonesia memiliki seorang Bambang Pamungkas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun