Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pak Beye dan Istananya Memang Menggoda

3 Agustus 2010   07:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 1753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yang pertama kali saya cari di buku mas Wisnu Nugroho ini adalah ejaannya. Seperti kita tahu, tulisan mas Inu di sini tidak mengenal huruf kapital. Sampai saat ini saya tidak tahu apa alasan mas Inu tidak menggunakan huruf kapital dalam tulisannya. Entah karena ingin jadi ciri khas atau karena tak ingin repot bolak-balik menekan tombol shift. Biar saja itu jadi rahasianya. Dan benar seperti dugaan saya sebelumnya bahwa tulisan di buku Pak Beye dan Istananya sesuai dengan EYD dan tidak mengikuti EYDI ( Ejaan Yang Disempurnakan Inu ). Sebuah kesempurnaan yang membuat saya merasa kehilangan sebenarnya. [caption id="attachment_214492" align="aligncenter" width="300" caption="pak Beye dan Istananya, yang satu punya siapa ya ? (dok.yyt)"][/caption] Buku Pak Beye dan Istananya merupakan buku pertama dari 4 buku tentang pak Beye dan 1 buku tentang pak Kalla. Semuanya direncanakan untuk terbit tahun ini ( kata status fb nya mas Pepih nih ). Kalau benar dan lancar semuanya apa mas Inu bisa masuk rekor MURI ya karena menerbitkan 5 buku dalam 6 bulan. Semoga saja lancar adanya dan bersiaplah di serbu buku-buku hasil tulisan mas Inu 5 bulan ke depan. Tulisan di buku ini terbagi 6 bagian. Total berjumlah 62 tulisan, ditambah lagi dengan bonus 1 buah tulisan tentang istana, jadinya berjumlah 63 tulisan ( 63 = 6 + 3 = 9 ^_^ ). Dari jumlah tulisan sebanyak itu, tulisan yang diambil dari postingan tahun 2010 berjumlah 9 ( ^_^ ). Dan untuk melengkapi kesempurnaan angka 9, buku ini terbit setelah melalui penggodogan selama 9 bulan hehehe. Mas Pepih sang editor menulis kata pengantar dan pendahuluan di buku ini. Saya tak akan membahas tulisan mas Pepih itu di sini karena paaannnjaangggg dan laammmaaa... hehehe. Membaca tulisan mas Pepih seperti membaca buku mas Inu dalam bentuk ringkasan. Hampir semua tulisan mas Inu di buku ini sudah saya baca sebelumnya di Kompasiana ( maaf, narsis) Karena menarik buat saya, di samping gaya bahasanya, jarang orang yang menulis dalemannya istana dari sudut pandang yang berbeda. Dan foto-foto yang ada tak kan kita dapatkan di luar sana. Pada awal menulisnya ( 2008 ), mas Inu cenderung to the point dibandingkan tahun berikutnya yang kebanyakan berputar berpanjang kata. Meski to the pointnya beda dari kebanyakan kita ( tetap panjang juga sebenarnya ), di tahun 2010 ini perpanjangan kalimat itu sangat terasa. Contohnya di tulisan yang berjudul Kendaraan. Saya cuplikan ya .. "Anda mungkin sudah tahu semua. Untuk anda yang sudah tahu, saya sarankan segera pergi saja karena sayang kalau harus membuang-buang waktu apalagi pulsa. Apa yang hendak saya bagikan kepada anda adalah hasil jepretan kamera pinjaman kantor. Bukan hal yang luar biasa. Biasa saja, mungkin tidak masuk dalam kategorinya. Namun apapun kategorinya, saya tetap ingin berbagi kepada anda yang mau menerima." Panjang kan ? Padahal intinya cuma mau berbagi foto. Buat saya, kalimat seperti ini enak-enak saja. Dalam artian, inilah gaya bahasanya mas Inu, berpanjang-panjang kata, bikin haru dan lucu di saat yang sama ( maksudnya ? baca aja deh ^_^ ). Dalam berita-berita tentang pak Beye dan Istana, tak ada satupun yang berita tentang orang biasa di sekitar pak Beye setia pada tugasnya yang membuat pak Beye jadi terlihat luar biasa. Tentu bukan jajaran pembantu yang duduk melingkar bersamanya dalam rapat kabinet. Ini tentang orang-orang biasa macam bu Budi ( bukan istrinya pak Boedi yang itu ya ), pak Iwan, sampai pak Apiaw. Siapa ya orang-orang ini ? Baca saja di bukunya atau kalau Anda tidak sabar mampir saja ke lapaknya. Orang-orang ini ada di sana. Jangan lupa baca juga tentang Almarhum pak Mayar, seorang yang darinya nama pak Beye berasal. Kesederhanaannya membuat malu. Kalau pak Beye tak malu, kita saja deh yang malu. Pak Beye walaupun presiden adalah juga manusia, yang bisa gugup, kaget, tidak pede dan nggak nyambung bahkan narsis. Namun posisinya sebagai presiden membuat segala hal yang manusiawi itu merepotkan banyak orang. Apalagi wartawan yang dituntut untuk mendapat berita penting dan melaporkannya sesegera mungkin. Di buku ini kita bisa tahu betapa ribetnya wartawan menghadapi pak Beye dalam kondisi seperti ini. Bukan cuma wartawan yang ribet, jajaran pengawalnya pun ribet pula. Jadi maklumi saja kalau pengawal, juru bicara sampai para pembantunya sering over menghadapi sesuatu. Mungkin pak Beye sedang kaget. Buat saya, buku ini cukup menggoda untuk dibaca dan dibaca lagi, padahal sudah sering juga saya baca tulisan mas Inu, candu ? Entahlah. Mungkin Anda yang pernah dan sering membaca tulisan mas Inu merasakan hal ini pula. Kalau ternyata tidak, ya nasibnya saya dikasih candu sama mas Inu hihihihi. Makanya saya sangat memaklumi orang yang berbondong-bondong datang ke istana sana mengadukan nasibnya, mestinya pak Beye tahu bahwa betapa rakyat begitu tergoda untuk bertemu dengannya. Mengikuti laron-laron yang lebih dulu tergoda padanya. Untuk yang penasaran membedah isi bukunya, datang saja di peluncurannya besok. Suatu kehormatan Anda diundang oleh pak Beye dan Istananya. Apalagi tamunya adalah pak Effendi Gazali, mbak Linda maminya Kompasiana serta si cantik Tina Talisa. Kalau saya, maaf saja. Saya tak bisa menghadirinya walaupun ingin. Bukan karena saya sudah mendapatkan buku plus tanda tangan penulisnya, tapi kapan lagi saya bisa menolak undangan pak Beye dan Istananya .... [at]menghiburdiri[dot]com. [caption id="attachment_214497" align="aligncenter" width="448" caption="baliho yang bikin pak Beye kalah gede ( dok. bayu setiadi )"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun