"Kecoaaa ... !!" .. seorang teman saya berteriak sambil meloncat ke atas meja. Saya yang disebelahnya kaget luar biasa. Lagi asyik-asyiknya meneliti angka kok tiba-tiba ada makhluk nangkring di atas meja sambil teriak pula. Sekali sepak kecoa yang sudah bikin perkara terlempar keluar dari ruangan saya.
"Gila lo.. !!"
"Lebih gila mana sama elo yang nangkring di atas meja. Cepet turun sebelum ambruk tuh meja ...!" Menyadari bobot tubuhnya yang berbanding terbalik dengan kekuatan meja, teman saya turun juga. Ketakutan kita pada sesuatu bisa menimbulkan spontanitas yang kadang-kadang memalukan. Teman saya yang lain juga pernah lari sampai nabrak pintu juga gara-gara kecoa. Di kantor saya ini sebagian besar teman memang takut dengan makhluk yang namanya kecoa. Kalau saya Alhamdulillah nggak takut sama kecoa cuma geli aja.
Saya suka bertanya kenapa mereka takut sama kecoa. Toh dilihat dari ukuran tubuhnya, tubuh teman teman saya jauh lebih besar dari kecoa yang ditakuti itu. Alasan mereka beragam. Ada yang bilang geli lah, ada yang bilang takut digigit lah ( emang kecoa menggigit ya ), ada juga yang bilang gara-gara nonton film alien makanya jadi takut sama kecoa ( ?? ).
Ada lagi teman saya yang takut sekali pada hamster. Itu binatang sejenis tikus yang imut lucu sama sekali jauh dari kesan menakutkan. Tapi teman saya bisa lari terbirit-birit hanya karena mendengar kata "Hamster". Ketika saya tanya sebab takutnya, dia bilang geli sekujur tubuhnya kalau membayangkan si hamster.
Saya bukan tidak takut sama binatang. Ada beberapa binatang yang saya blacklist dari kehidupan saya. Saya kasih tau 2 saja ya, kalau semuanya enak dong.. nanti anda punya kartu as saya.. hehehe
Yang pertama : Anjing
Saya punya pengalaman tidak menyenangkan dengan anjing. Dulu waktu usia saya 6 tahunan saya pernah lari terbirit-birit dikejar anjing. Seingat saya dulu saya nggak cari perkara sama anjing itu. Lewat dengan sopannya di depan dia dan sedetik kemudian dia mengejar saya tiba-tiba dengan gonggongannya yang menakutkan dan membuat saya jatuh setelah lari tunggang langgang. Bukannya kasihan si anjing malah menggigit saya di bagian betis. Saya sudah lupa bagaimana sakitnya digigit anjing. Yang saya ingat adalah taring si anjing yang tajam luar biasa. Untungnya dokter bilang luka saya ringan saja. Tapi ternyata phobia saya pada anjing tidak seringan itu.
Yang kedua : Ular
Ular bulu, ular kaki seribu atau ular tangga nggak masuk golongan ini. Ular yang saya maksud adalah phyton, sanca, kobra, anakonda dan sebangsanya. Gara-garanya dulu waktu masih kanak-kanak orang tua saya mengajak liburan ke kebun binatang. Lalu di situ saya di beri kesempatan buat memegang ular di gendongan seorang pawang. Ketika saya coba mengelus eh tiba-tiba ekornya membelit saya hingga saya menjerit sekencangnya yang mungkin terdengar oleh orang sekebun binatang. Ular itu sukses membuat saya phobia. Ketika film anakonda lagi ngetop, rasa gengsi pada mantan pacar yang mengajak menonton film itu membuat saya memberanikan diri menontonnya. Tapi belum 1 jam saya memutuskan keluar dari bioskop. Putus hubungan aja deh.. maksudnya sama ular bukan sama mantan pacar.
Pasti banyak di antara kita yang takut hingga berlebihan pada sesuatu. Ada yang bilang, untuk mengatasi itu kita justru harus menghadapi sesuatu yang kita takuti itu dan bukan malah menghindarinya. Ada yang berhasil, ada juga yang tidak. Saya sendiri susah kok untuk menghilangkan ketakutan saya. Tapi bisa menulis tentang sesuatu yang menakutkan saya, bagi saya cukup membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H