[caption id="attachment_353546" align="aligncenter" width="567" caption="Kalo kejebak macet begini mendingan tidur (dok.kaskus)"][/caption]
Awal Desember 2014 rencananya Pemda DKI Jakarta akan melarang motor melintas di jalur protokol yaitu Bunderan HI, Jl. MH Thamrin hingga Jl. Merdeka Barat. Tanggal pastinya belum tau kapan tapi sepertinya pemda DKI sudah memastikan akan mengujicoba cara ini. Iya tahapnya emang baru ujicoba. Lalu di evaluasi dan kalau dirasa berhasil maka cara ini akan terus diterapkan.
Penyebab motor “terusir” dari jalan protokol adalah kemacetan dan banyaknya kecelakaan yang menimpa para pemotor. Katanya ada 30 ribu orang tewas setiap tahunnya gara-gara kecelakaan motor dan soal kemacetan.. Anda sudah tau bahwa Jakarta macetnya ruuuaarrrrr binasa.. eh biasa.
Pemda DKI Jakarta menyediakan bus tingkat gratis buat mengangkut para pemotor ke lokasi kerja masing-masing. Jadi para pemotor yang kerjanya di wilayah yang motor dilarang melintas maka harus memarkir motornya di lokasi parkir terdekat lalu bis gratis akan mengangkut para pemotor ini ke tempat kerja masing-masing.
Saat ini sudah ada 5 bis tingkat yang siap mengangkut para pemotor, menyusul akan ada 10 bis tingkat lagi. Apakah cara ini efektif buat mengurangi kemacetan dan mengurangi kecelakaan? Hmmmm… mari kita ulas bersama (sambil elus jidat).
Kemacetan Jakarta disebabkan oleh banyak hal. Banyaknya mobil dan motor melintas, angkutan umum yang ngetem sembarangan, lampu merah yang mati, banjir dll dst etc dsb. Mobil sudah dibatasi dengan adanya Three in One. Jalan protokol lancar karena ada system three in one tapi jalan alternatifnya masih macet karena mobil yang menghindari jalur three in one lewat di jalan alternatif ini. Three in one memberikan lapangan pekerjaan baru yaitu joki three in one. Penghasilan para joki ini lumayan.. sekali naik mobil dibayar dua puluh ribuan paling sedikit.
[caption id="attachment_353545" align="aligncenter" width="500" caption="macet.. cet (dok.devieriana.wordpress.com)"]
Lanjut kita ngomongin motor. Motor nggak terhitung ada di Jakarta. Hampir semua keluarga yang tinggal di Jakarta punya 1 sepeda motor, banyak lagi yang punya dua atau tiga atau lebih. Perilaku pengendara motor yang nggak tertib sering bikin macet. Ya gimana nggak macet. Lampu udah merah tapi para pengendara motor masih aja ngacir. Belum lagi trotoar yang dibikin jadi jalan motor juga.
Lalu ada angkutan umum yang ngetem. Nah ini biang macet banget. Saya pengen lempar helm ke sopir angkot yang ngetem tanpa dosa padahal di belakangnya kendaraan udah antri panjaaanngggg dan laaaaammmmaaaa. Pemerintah belum bisa berbuat banyak buat angkutan yang hobi ngetem kayak gini. Kadang ada sih polisi yang jaga di tempat-tempat kendaraan suka ngetem. Tapi kan nggak setiap waktu si polisi bisa berjaga.
Lampu merah mati… nah ini juga biang macet. Udah tau para pengendara itu banyak yang nggak tertib di jalan, lampu mati jadi kesempatan mereka buat nyerobot kanan kiri oke. Akhirnya setelah kendaraan ketemu di titik yang sama dan nggak bisa bergerak lagi maka semenit kemudian antrian panjang akan terjadi dimana-mana. Lampu merah yang mati seringnya terjadi saat hujan.
Banjir.. nah yang ini nggak usah diomong deh. Kalo hujan turun Jakarta pasti dipenuhi dengan jalan-jalan yang tergenang dan udah pasti bikin kendaraan kebingungan cari jalan lalu berhenti, karena macet dan ketemu genangan lagi. Pemda DKI Jakarta belum bisa mengatasi banjir Jakarta dengan sepenuhnya. Ini udah masuk musim penghujan lho. Siap-siap musim genangan lagi.
Nah sekarang setelah diulas sedikit mengenai sebab kemacetan di Jakarta, efektifkah cara pemda DKI Jakarta melarang motor melintas di jalan protokol? Untuk kemacetan di jalan protokol sih akan berkurang dengan adanya system ini. Jalanan lancar deh. Secara mobil yang melintaspun sedikit karena three in one. Bakalan ngacir kendaraan di sini.
[caption id="attachment_353548" align="aligncenter" width="560" caption="Macet berat (dok.studiokarikatur.com)"]
Tapi banyak jalan alternatif di Jakarta. Buat menuju lokasi A itu bisa dicapai melalui jalan B, C, D sampai Z. Jakarta banyak jalan tikusnya. Jadi.. para pemotor akan memilih jalan alternatif ini. Resikonya jalan alternatif jadi lebih macet. Lalu kalo jalan alternatif macet maka kemacetannya akan menular ke jalan lainnya. Jadi mindahin macet aja sih ini.
Pemotor akan lebih memilih buat cari jalan alternatif daripada menggunakan bus gratis. Why? Lah kalo motor ditinggal di tempat parkir emang sapa yang bayar parkirnya? Ya kan pemilik motor, masa Anda yang bayar. Emang Anda siapa? Juragan parkir? Eeehhhhh malah ngomel. Hitung aja berapa biaya parkir motor seharian di Jakarta. Pemerintah DKI Jakarta belum ada komen soal biaya parkir ini sik. Apa gratis, apa biaya bisa diganti sama pemda DKI Jakarta atau gimana.. saya belum denger soal ini.
Namun.. setiap keputusan dari pemerintah harus kita dukung agar Jakarta jadi kota yang lebih baik. Ya kalo setiap keputusan selalu dibalas dengan pikiran negatif kan kasian pak Ahok. Maka.. saya sebagai pemotor yang tiap hari melintas di jalan-jalan yang nantinya akan jadi tempat terlarang bagi motor mendukung sepenuhnya rencana ini… dengan cara jalan alternatif hihihih upppsss…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H