Mohon tunggu...
Yayasan Maharyapati
Yayasan Maharyapati Mohon Tunggu... -

Yayasan Maharya Pati bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan melalui berbagai program pengembangan sumber daya manusia, pengembangan teknologi tepat guna serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan (life-skill) berdasarkan budaya dan kearifan lokal, untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Pembentukan Yayasan Maharya Pati berangkat dari keprihatinan sekelompok anak bangsa akan situasi dan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya dan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia menjelang 69 tahun merdeka. Program Pembangunan Desa dan Masyarakat Pancasila yang dicanangkan Maharya Pati merupakan suatu upaya mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat Indonesia sesuai tujuan kemerdekaan dan falsafah dasar pembentukan Negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, melalui pelaksanaan 5 (Lima) Program Prioritas secara simultan, terintegrasi dan terkoordinasi, mencakup Bidang Kesehatan; Pendidikan dan Teknologi; Ekonomi; Sumber Daya Alam dan Lingkungan; serta Sumber Daya Manusia, Sosial dan Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dialog Mewujudkan Kemakmuran Menuju Kedaulatan Pangan Kemandirian dalam Perspektif..

15 Oktober 2014   22:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:53 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dasar Negara menurut Bung Karno: Dasar Negara, yakni dasar untuk di atasnya didirikan Indonesia Merdeka, haruslah kokoh dan kuat sehingga tak mudah digoyahkan. Bahwa Dasar Negara itu hendaknya jiwa, pikiran-pikiran yang sedalam-dalamnya, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Dasar Negara Indonesia hendaknya mencerminkan kepribadian Indonesia dengan sifat-sifat yang mutlak ke-Indonesia-annya dan sekalian itu dapat pula mempersatukan seluruh bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, aliran dan golongan penduduk”.

Sebagai Dasar Negara, Pancasila bukanlah sekedar slogan yang hanya untuk disuarakan dan dihafalkan namun lebih tepatnya sebagai ideologi nasional yang merupakan cara pandang dan sikap hidup Bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya, yaitu terwujudnya tatanan kehidupan masyarakat Indonesia sejahtera yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sebagai fondasi bangsa, Pancasila harus menjadi jiwa, budaya dan karakter bangsa yang semakin mengakar dan kuat menahan gelombang peradaban global yang kian menerjang, bukan hanya sekedar pilar estetis agar nampak indah terlihat dari setiap arah.

Apakah kondisi politik, perekonomian, sosial dan budaya serta tatanan kehidupan bernegara yang ada pada saat ini sudah sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan para pendiri bangsa dan negara Indonesia? Tak bisa dipungkiri bahwa meskipun upaya untuk mewujudkan cita-cita para “foundingfathers” dan segenap Bangsa Indonesia tersebut telah dilakukan oleh setiap rejim pemerintahan: dimulai sejak dari era pemerintahan pertama Negara Republik Indonesia (Rejim Orde Lama) yang dilandasi semangat Kemerdekaan, prinsip Berdikari, Anti-Kolonialisme dan Anti-Liberalisme; dan dilanjutkan Rejim Orde Baru dengan Program Swasembada Pangan dan Pembangunan Manusia Seutuhnya; serta terakhir di Era Transisi dan Rejim Reformasi, dari mulai pemerintahan Gus Dur, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono dengan Stabilisasi dan Demokratisasi, Pengembangan Pangan dan Energi Alternatif serta Pemerataan Ekonomi dan Program Pro Rakyat; namun berbagai permasalahan yang masih kerap dijumpai di berbagai bidang kehidupan secara jelas memberikan gambaran masih belum tercapainya kondisi yang diharapkan.

Tentunya menjadi pertanyaan kita bersama, mengapa cita-cita para “foundingfathers” dan harapan segenap bangsa ini belum juga dapat terwujud meskipun kita telah 69 tahun merdeka? Apakah ada yang salah dengan cita-cita dan harapan bangsa kita? Atau justru kitalah yang salah memahami falsafah dasar negara yang telah diletakkan oleh para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga kita belum sepenuhnya mampu mengaktualisasikan perwujudan karakter masyarakat Pancasila yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur?


Untuk itulah, dalam rangkaian momentum memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei, Hari Kelahiran Pancasila tanggal 1 Juni, Hari Kelahiran Bapak Proklamator, “Bung Karno” tanggal 6 Juni, dan Hari Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober, sebagai wujud pengabdian bagi negara dan bangsa Indonesia yang tercinta, Yayasan Maharya Pati menggagas penyelenggaraan “DIALOGMEWUJUDKAN KEMAKMURAN– Menuju Kedaulatan Pangan dan Kemandirian Dalam Perspektif Masyarakat Pancasila Sesuai Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945guna menggugah dan mengajak setiap elemen bangsa untuk secara bersama-sama memaknai Pancasila serta mewujudkan cita-cita luhur para “foundingfathers” sesuai amanat Pembukaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Acara dialog akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 18 oktober 2014, bertempat di hotel kusuma sahid prince, solo, pukul 08.00 s.d 16.30. Dengan pembicara Ketua Yayasan Maharya Pati, Murnanda Utama, Pembina Yayasan Maharya Pati, Noeradhi Iskandar, adapun tampil sebagai pemrasaran adalah :
1. Prof. Dr. Dawam Rahardjo
2. Dr. Ari Sujito (UGM)
3. Dr. Rofandi Hartanto (UNS)


Acara tersebut terbuka untuk semua anak bangsa yang memiliki kepedulian terhadap Negara dan Bangsanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun