Mohon tunggu...
Humaniora

Hidup Sudah Enak, Kok Mau Nyusahin Diri Bantu Orang Lain-Organisasi Nonprofit

18 Maret 2016   06:25 Diperbarui: 18 Maret 2016   07:34 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak inspirasi yang saya dapat temukan, dan saya cari semenjak bertemu dan berkenalan dengan orang – orang hebat ini. Mereka adalah Bu fitri Guru Smk, Bu riris mentor saya di Leadership Program. Semua berawal dari mereka yang akhirnya saya bertemu dengan Bu Rini Syefani pendiri Paud Bahari dan Saung Yatim Sukabumi. Suatu hari saya diajak Bu Riris untuk ikut NGO Conections Day 2015. Disana saya banyak bertemu dengan orang – orang hebat mereka adalah para entrepreneur yang sukses dibidangnya. Bertemu dengan Ruben Hattari (Microsoft), Iqbal hariadi (Techsoup Asia), Septiana tangkary (Direktur Pemberdayaan Informatika Kementrian Komunikasi dan Informatika RI), Naizly Puji Siregar (Program Director Kampung Teknologi) , Vikra Ijas (Co – founder kitabisa.com) belum lagi para founders yayasan seperti ACT, Green Peace, YCAB, YEP, Perpus Seru, Sahabat Bumi mb Wulan banyak lagi deh lupa itu aja masih ingat karena dapat kartu namanya jadi kalo nganggur bukanya bukan medsos tapi kartu nama hahaha.

Nah dari situ saya berpikir hebat ya orang orang ini kok mau susah – susah bantu orang yang susah. Nah lo sama – sama susah. Bukan seperti itu maksudnya. Mereka hidup udah enak kok mau nyusahin diri buat bantu orang. Itulah manusia dalam hati yang kecil dibagian perut sebelah kanan bawah nah lo itu hati bahasa medisnya liver, hepar itu bukan ya yang saya maksud. Heart atau liver ya bahasa inggrisnya hati heart kan jantung waktu aku masih belajar anatomy pas kuliah semester 1. Tapi

Kata kamus juga hari itu heart jadi gimana ? Mana yang bener masa harus Tanya ke dosen lagi? Nah jadi ngomongin heart ini wah jadi salah focus. Stop stop get move move

Okeh lanjut yang tadi apa ya sampai mana ya apaan tadi gimana ya ? Hehe tinggal liat  paragraph sebelumnya kok susah. Itu lah hebatnya mereka, mereka mempunyai tingkat social, kepedulian, empati, simpati yang tinggi. Misi mereka adalah nirlaba, non profit just help them. Dari situ saya tergerak mereka yang sudah hebat masih punya misi seperti itu tidak hanya mengkayakan diri mereka sendiri. Ternyata masih banyak orang Indonesia yang tidak silau karena banyaknya harta yang mereka miliki sehingga orang – orang sekitarnya jadi tidak terlihat. Mecapai kesejahteraan tidak hanya untuk diri sendiri tapi juga memikirkan orang lain. Rata – rata yang dating kemaren di NGO conections bisa dilihat meraka saya yakin dari tingkat ekonomi pasti sudah stabil tidak labil seperti pemikiran saya, nah looo. Sudah mapan secara financial atau pendidikan terlihat kok dari cara mereka berbicara, bertanya, memberi tanggapan dan sikap mereka. Bukan kaya saya yang masih cengangas cengengesss hehehe. Harapan mereka apa ya tergantung visi misi nya dong. Apa yang mereka dapat ? Uang lagi ? Tidaklah uang bukan tujuan utamanya walaupun ada organisasi atau yayasan yang memberi gaji tapi saya yakin bukan itu tujuan utamanya. Teman – teman yayasan non profit ini mempunyai

Tidak banyak hal yang saya lakukan saya hanya sedikit memberi kontribusi pada salah satu yayasaan yaitu YABI | Yayasan Anak Bangsa Indonesia www.nonprofit.or.id . Misinya adalah Non Profit Organization to Help Poor Children (and Youth) in Education and Leadership.

Semoga kita sebagai makhluk sosial selain saling menguntungkan dalam hal perbisnisan, perdagangan tapi saling membantu meringankan beban orang lain walaupun kita tidak mengenal, tidak pernah bretemu bantulah siapa saja yang memang membutuhkan bantuan kita. Jangan acuh tak acuh dengan keadaan sekitar kita berpura pura menutup mata dikala melihat saudara kita kesusahan, menutup telinga mendengar tangisan dan keluhan mereka, menutup mulut tidak memberikan semangat, menghentikan langkah kaki keluar ketakutan akan becek kotor sepatu, samapi menutup hati tidak mau merasakan kesulitan kesedihan saudara saudara kita. Beranggapan bahwa akan ada orang lain yang akan membantu memberi pertolongan. Ada terbesit niat di dalam hati tapi terkalahkan dengan anggapan merasa bahwa diri ini belum pantas membatu.

Semangat berbagi Indonesia ......

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun