Mengkaji potensi bencana di Indonesia, khususnya wilayah Jakarta, deretan catatan gempa di masa lalu yang cukup besar di sekitar Jakarta setidaknya bisa menjadi refleksi. Pengingat bahwa Jakarta, kota metropolitan yang terus tumbuh ke atas adalah salah satu wilayah yang tak bisa dipandang sebelah mata dengan potensi bencana gempanya.
Berangkat dari kenyataan itu, edukasi untuk mengurangi risiko bencana gempa di Jakarta harus terus diupayakan. Jika menunggu terbitnya kurikulum khusus penanganan bencana bagi siswa/siswi, pasti akan butuh waktu yang sangat lama. Karena pada kenyataannya sistem pendidikan Indonesia belum sampai pada tahapan itu, kurikulum risiko bencana hanya sekadar angan.
Akhirnya Disaster Management Institute Of Indonesia (DMII) Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengadakan simulasi besar di SMKN 8 Jakarta Selatan. Simulasi besar ini sebagai bagian dari pendampingan Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang bekerjasama dengan Bank Indonesia.
Peserta dari kelas besar ini melibatkan seluruh warga sekolah, termasuk kepala sekolah, staf sekolah, guru, caraka, hingga security. “Kelas besar ini adalah salah satu bagian dari pendampingan sekolah siaga bencana, bertujuan agar materi yang sudah disampaikan dapat diimplementasikan dengan baik ketika tanggap darurat terjadi di sekolah,” ujar Muhammad Affan Trainer DMII-ACT
Arifin sebagai co trainer Sekolah Siaga Bencana di SMK 8 pun mengungkapkan bahwa team SSB SMK 8 ini sudah menyiapkan kelas besar dua minggu sebelumnya. “Harapan kami, dengan adanya SSB ini siswa dapat menerapkan ilmu yang didapat di lingkungan sekolah, masyarakat dan dimana saja mereka berada, Setelah pendampingan ini selesai, sekolah diharapkan mempunyai sistem penanganan bencana secara mandiri,” ujar Arifin usai simulasi besar di SMKN 8 Jakarta berakhir
Kepala Sekolah SMKN 8 Jakarta Asep Sutarna sangat senang dengan penyelenggaraaan Simulasi Besar SSB tersebut.”Saya sangat senang dan bangga sekolah SMKN 8 Jakarta dapat mengikuti SSB dan melakukan Simulasi Besar di sekolah yang melibatkan seluruh warga yang ada di sekolah ini, saya juga berharap kegiatan ini tidak berakhir sampai disini saja, tetapi nantinya SSB akan menjadi eskul di sekolah ini.”
Khairul Fajar, Ketua OSIS SMKN 8 Jakarta mengaku baru pertama kali ini mengikuti kegiatan yang terkait dengan kesiap-siagaan bencana.
“Saya senang sekali terpilih sebagai peserta Sekolah Siaga Bencana, karena ini sangat bermanfaat dan materi yang baru didapatkan adalah yang belum pernah kami pelajari, terlebih hari ini kami mengikuti kelas besar atau simulasi besar di sekolah ini sangat melatih team SSB kami. Harapan ke depannya semoga segera terselenggara SSB sebagai eskul di sekolah, agar banyak teman -teman lain yang bisa belajar bersama tentang penanggulangan bencana,” tegasnya. (act.id)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H