Nampaknya kondisi medan perang di Suriah akan menjadi semakin parah. Kemarin, media internasional ramai memberitakan tentang tragedi jatuhnya pesawat jet Rusia setelah ditembak jatuh oleh pesawat militer Turki F-16 di dekat perbatasan antara Suriah dan Turki. Dari satu kejadian itu, banyak pihak memprediksi ketegangan akan semakin meruncing. Bahkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku amat geram setelah mendengar kabar pesawat militer jet tempur Rusia hancur lebur menghujam tanah ditembak militer Turki, salah satu negara anggota NATO.
Lebih lanjut, Presiden Rusia Vladimir Putin pun langsung mengecam Turki sebagai negara sekutu teroris yang mencoba menikam Rusia dari belakang. Putin menegaskan ulah pesawat militer Turki ini akan mendapatkan konsekuensinya. Untuk diketahui, selama beberapa bulan terakhir, militer Rusia sudah menurunkan kekuatan nyaris full team dengan pasukan militer darat dan pesawat tempur dari jejeran “interceptor” SU-24 dan “fullback” jet pembom SU-34 di atas langit Suriah. Bantuan militer Rusia ini langsung menjadi garda depan bersama pasukan militer Bashar al Assad untuk memerangi militan ISIS.
Namun, kemarin sebuah kejutan terjadi. Untuk pertama kalinya dalam 6 dekade terakhir, atau 60 tahun terakhir, ada negara anggota NATO yakni Turki yang berani untuk menembak jatuh pesawat jet tempur milik militer Rusia. Dilansir dari CNN, sebelumnya kejadian terakhir tertembak jatuhnya pesawat jet tempur militer Rusia terjadi di medan pertempuran Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur di tahun 1950-an.
Banyak analisis perang mengatakan bahwa keberanian Turki untuk mengusik sang Beruang Merah Rusia dengan menembak jatuh jet tempurnya adalah hal paling berani yang dilakukan oleh negara-negara NATO selama 6 dekade terakhir. Seperti yang diketahui, Turki merupakan negara yang menjadi anggota dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization. NATO adalah sebuah organisasi internasional yang dibentuk untuk menjaga keamanan bersama. Para anggotanya adalah negara-negara Eropa dan Amerika Utara, termasuk Turki.
Berdasarkan catatan sejarah seperti dikutip dari laman CNN Indonesia, dahulu terakhir kali negara anggota NATO berani mengusik dan menembak jatuh jet tempur Rusia terjadi pada Perang Korea di tengah Perang Dingin periode tahun 1950-an. Kala itu, sebuah pesawat tempur Uni Soviet yang beroperasi berbarengan dengan militer China dan Korea Utara ditembak jatuh oleh militer Amerika Serikat, negara anggota NATO yang punya militer terkuat.
Namun kini, Turki menunjukkan supremasi dan keberaniannya dengan bertindak tegas pada pesawat jet tempur Rusia yang ditembak jatuh di dekat perbatasan Turki-Suriah. Walau setelah jatuhnya jet tempur merekam, Putin sudah mengirimkan kapal perangnya ke lepas pantai Suriah di dekat Latakia untuk memperkuat pertahanan udaranya, namun Turki tetap bersikeras membenarkan tindakannya menembak jatuh jet tempur Rusia.
Pasalnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkeras perbatasan mereka telah dilanggar beberapa kali oleh jet tempiur Rusia dan langkah itu sudah tepat. (cal)
img : turner.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H