Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengungkap Kebakaran Hutan Jambi, Sengaja di Bakar atau Terbakar Karena Kemarau?

7 Oktober 2015   11:24 Diperbarui: 7 Oktober 2015   11:39 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran Hutan Jambi

gambar via mongabay.co.id

Mengupas kembali bencana kabut asap yang hingga kini masih mengepung pekat wilayah Sumatera bagian Riau, Jambi dan Sumatera Selatan, apa sesungguhnya yang menjadi penyebab kabut asap terus mengepung wilayah itu? mengapa kebakaran hutan terjadi terus menerus setiap harinya tanpa bisa dipadamkan secara menyeluruh? Banyak pertanyaan berserak dalam benak, terutama tentang fakta tindakan kriminal di balik bencana kebakaran hutan. Beberapa waktu lalu Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengatakan bahwa kabut asap yang kini menjadi darurat asap di Riau adalah kabut asap hasil dari kebakaran hutan di wilayah Provinsi Jambi, asap terbawa angin hingga melewati Riau dan terbawa ke Singapura-Malaysia.

Pertanyaannya kemudian adalah kasus kebakaran hutan Jambi itu murni karena faktor musim kemarau atau karena sengaja dibakar?

Berdasarkan penelusurans penulis, media lingkungan hidup Mongabay pernah melakukan investigasi mendalam tentang kasus kebakaran hutan di Jambi. Faktanya dalam kasus kebakaran hutan yang memicu kabut asap pekat di Jambi dan Riau beberapa bulan terakhir, kuat dugaan bahwa kebakaran hutan terjadi karena sengaja dibakar.

Hal ini terungkap dari pernyataan Feri Irawan, selaku Direktur Eksekutif Perkumpulan Hijau. Ia mengatakan bahwa ada bukti-bukti kuat tiga perusahaan pengelola kawasan kelapa sawit di dalam hutan Provinsi Jambi yang membakar hutan dengan sengaja. Tiga perusahaan kelapa sawit itu adalah PT Pesona Belantara Persada, PT Ricky Kurniawan Kertapersada, dan PT Bara Eka Prima. Hingga artikel ini diturunkan, proses investigasi resmi sudah ditangani oleh Tim Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Jambi.

Lantas apa bukti kuat bahwa kebakaran wilayah konsesi hutan itu sengaja dibakar? Ternyata wilayah-wilayah penguasaan perusahaan kelapa sawit di Jambi itu hanya dibatasi oleh kanal-kanal yang lebarnya 6-8 meter dengan kedalaman hingga 7 meter. Lalu di dalam kanal ada air yang menggenang. Nah lucunya, api yang membakar di wilayah ini merata hingga “melompat” kanal lebar dan dalam berisi air itu.

Beberapa waktu lalu, dalam investigasi Ditreskrimsis Polda Jambi, pihak perusahaan kelapa sawait itu mengatakan bahwa api di dalam lahan kelapa sawitnya terbakar sendiri, dan api itu “melompat”. Sebuah pernyataan yang janggal dan lucu, bagaimana bisa dalam batas kanal sedalam dan selebar itu, dan air di dalam kanal pada posisi penuh, kemudian api yang membakar lahan dapat melompat dan semakin meluas.

Berdasarkan bukti itu, dapat disimpulkan bahwa kebakaran lahan dan hutan di area kelapa sawit Provinsi Jambi merupakan kesengajaan. Kabut asap yang kini terus mengepung wilayah Jambi dan Riau terjadi akibat ulah oknum perusahaan yang sengaja membakar hutan demi efisiensi.

Mongabay mencatat, terakhir pada akhir September 2015 lalu, area kelapa sawit milik perusahaan pengelola kelapa sawit di Provinsi Jambi adalah penyumbang titik panas terbesar di Jambi. Titik hotspot kebakaran hutan yang sengaja dibakar ini terdeteksi oleh satelit mencapai 236 dari total 311 titik. Areal terbakar di seluruh wilayah Jambi pada tahun ini sudah lebih dari 5.000 hektar.

(cal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun