Beberapa waktu silam, derap langkah ratusan ribu pengungsi Suriah menyesak masuk ke tanah Jerman, dunia pun terkejut. Mereka baru menyadari betapa masif dampak dari perang Suriah membawa derita bagi jutaan warganya. Akhirnya gelombang pengungsi pun mencoba melarikan diri ke tanah Eropa, berharap uluran tangan dari berbagai negara Eropa, salah satunya Jerman.
Akhirnya Sepekan lalu, perwakilan Aksi Cepat Tanggap langsung dikirimkan ke Jerman, membawa misi menengok langsung bagaimana kondisi pengungsi Suriah di tanah Jerman.Berikut cuplikan kisahnya:
Ketika memasuki wilayah Jerman, puluhan ribu pengungsi langsung ditangani oleh otoritas langsung pemerintah. Jerman menyiapkan dana yang amat sangat besar untuk mengatasi gelombang para pengungsi ini, terutama para pengungsi dari Suriah.
Faktanya memang pengungsi yang diterima oleh tentara perbatasan Jerman hanyalah pengungsi dari Suriah, mereka datang karena tertindas perang. Di setiap daerah Jerman sudah ada jatah untuk menampung pengungsi sejumlah sekian ratus hingga ribu jiwa. Dalam pelaksanaannya mengurus pengungsi, pemerintah Jerman menunjuk beberapa organisasi, umumnya organisasi yang ditunjuk oleh pemerintah ini adalah organisasi berbasis perkumpulan agama Kristen (komunitas Gereja) seperti Caritas, Deutsches Rotes Kreuz, Evangelisch dll.
Alhasil, organisasi kristen punya akses yang mudah langsung ke para pengungsi, dibandingkan organisasi berbasis kemanusiaan atau organisasi berbasi agama lainnya.
Setiap harinya, ribuan sampai belasan ribu pengungsi datang menyesak mencoba masuk ke Jerman. Hingga akhir bulan September kemarin, Pemerintah Jerman betul-betul sudah dibuat kewalahan. Kondisi membludaknya pengungsi dari Suriah ini membuat Pemerintah Jerman mulai melakukan peraturan ketat dan menutup beberapa titik perbatasannya.
Bahkan menurut berita yang dirilis oleh salah satu koran lokal Sachen Anhält, sedikitnya ada sekitar 190 ribu jiwa pengungsi yang akhirnya dipulangkan ke lokasi penampungan di Turki atau Lebanon, sebagian lainnya dikeluarkan dari Jerman dan ditempatkan ke wilayah penampungan lain di sekitar Uni Eropa.
Pemerintah Jerman pun sudah merilis perkembangan terakhir yang mengatakan baru ada sekitar 10 ribu jiwa pengungsi Suriah yang sudah terdata sebagai pencari suaka. Berdasarkan berita yang ditulis kemarin (30/9) pada koran setempat, ada sekitar 596 tiket pesawat yang terpaksa hangus, karena pengungsi yang mau dipulangkan ke kamp pengungsian di Turki tak datang ke bandara. Mereka jelas enggan dipulangkan kembali ke kamp pengungsian di Lebanon atau Turki. Setiap media disini memberitakan tentang kemelut pengungsi Suriah, bahkan sampai masyarakat setempat mulai bosan dengan isu yang selalu diangkat setiap harinya.
Namun ternyata, arus besar-besaran pengungsi Suriah sejak Jerman memberi kebijakan bersedia menampung dan membuka perbatasannya (walau sampai sekarang Angela Merkel, Kanselir Jerman masih mendapat kritikan karena kebijakannya ini) juga dimanfaatkan oleh ribuan pengungsi dari negara lain. Mereka yang bukan dari Suriah biasanya datang bukan karena faktor perang tapi lebih pada faktor ekonomi seperti pengungsi dari negara-negara Balkan atau Eropa Timur.
Setelah ditelusuri, ternyata pun sangat mudah bagi mereka pengungsi non Suriah untuk mendapat pass/tanda sebagai pengungsi, mereka para pengungsi dari selain Suriah hanya butuh membayar beberapa puluh euro saja, padahal di lain pihak, pengungsi Suriah harus membayar sampai belasan ribu euro/dollar kepada para penyelundup untuk bisa ikut dalam sebuag perahu bobrok sarat muatan menyebrangi laut Mediterania. Terlebih lagi dengan perjuangan mereka dalam perjalanan darat melintasi Yunani, Hungaria, Austria, hingga bisa masuk ke Jerman setelah berjalan kaki berminggu-minggu hingga berbulan-bulan. Selain berjalan kaki, ribuan dari mereka pun ada yang masih punya sejumlah Euro di kantongnya pun memilih menumpang bis, dan kereta api menuju Jerman. (Hastrini)(cal)