Berbagai peradaban dunia mengenal dan pernah melampaui apa itu konflik maupun perang. Dalam berbagai kejadian konflik pun nyatanya tak pernah membawa dampak baik yang lebih banyak ketimbang dampak buruknya. Memang, manusia manapun tak pernah menginginkan konflik terjadi, namun demi meluruskan sebuah kesalahan, atau menghentikan sebuah kekuasaan yang diktator dan totaliter terkadang jalur konflik pun terpaksa ditempuh. Seperti yang kini sedang terjadi di negeri-negeri jazirah Arab. Setelah konflik Tunisia, berlanjut ke konflik Mesir, berlanjut ke konflik Libya, lalu kini yang masih terjadi dan membawa penderitaan masyarakat sipil dan penindasan kemanusiaan adalah konflik di Yaman. Konflik Yaman telah membawa penduduk sipil terjebak dalam penderitaan yang dimulai dengan pertikaian negara-negara Arab Saudi dengan pemberontak Houthi
Berikut adalah kronologi konflik Yaman yang coba dijelaskan melalui rangkaian peristiwa penting:
27 Januari 2011
Ini merupakan hari pertama warga menuntut protes agar Presiden terpimpin Ali Abdullah Saleh untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden. Protes dan konflik mulai meletup di Yaman. Korban jiwa berjatuhan sampai lebih dari 2.000 jiwa. Akhirnya Presiden Ali Abdullah Saleh pun mundur dari jabatannya.
24 Februari 2012
Setahun setelah permulaan konflik, akhirnya Presiden baru ditunjuk oleh pihak oposisi Yaman. Presiden baru tak lain adalah wakil presiden sebelumnya yaitu Abd Rabbo Mansour Hadi. Namun tetap saja Mansour Hadi tak mendapat banyak dukungan dari masyarakat dan kembali memancing percikan-percikan konflik. Ketidaktsabilan politik dan sosial ini dimanfaatkan oleh kelompok beraliran kiri Houthi untuk merebut kekuasaan pemerintah. Selama puluhan tahun, kelompok Houthi yang beraliran mazhab Iran memang sudah terlibat lama konflik dengan pemerintah Yaman yang berlaliran mazhab Saudi. Akhirnya keadaan Yaman makin tak kondusif karena pemberontak Hothi semakin kuat.
17 September 2014
Tanggal ini menjadi awal mula konflik Yaman yang masih terjadi hingga hari ini. Pertengahan September 2014 lalu, pasukan Houthi melakukan pertempuran sengit dengan pasukan pemerintah Yaman. Houthi menghujani Ibukota Sanaa dengan senjata mortir
20 Januari 2015
Pasukan Houthi semakin kuat dan menggebu berhasil menyerang istana Perdana Menteri setelah sebelumnya menyerang Istana Presiden.
23 Januari 2015
Setelah Istana Presiden Yaman berhasil diduduki oleh Houthi, Presiden Yaman Abd Rabbo Mansour Hadi pun menyatakan mundur dari jabatannya. Setelah itu, Pasukan pemberontak Houthi membentuk pemerintahan baru namun tak mendapat dukungan dari masyarakat Yaman.
22 Februari 2015
Presiden Hadi berhasil melarikan diri dari kepungan Pemberontak Houthi di ibukota Sanna atas bantuan Dewan Keamanan PBB
23 Maret 2015
Dua hari pasca melarikan diri dari Sanaa, Presiden Hadi menyatakan menarik kembali pengunduran dirinya sebagai Presiden dan menetapkan Kota Aden sebagai Ibukota Yaman sementara. Kemudian sebulan berikutnya Presiden Hadi secara terbuka meminta pertolongan kepada negara-negara jaziran Arab dipimpin oleh Kerajaan Arab Saudi untuk melawan pemberontak Houthi
26 Maret 2015
Pasukan negara-negara Arab dipimpin oleh Raja Salman dari kerajaan Saudi menyanggupi permintaan Presiden Hadi dan mulai mengirimkan ratusan ribu tentaranya ke dalam Kota Sanaa untuk memukul mundur Houthi.