Makin hari, dampak kabut asap terburuk yang membekap Indonesia di tahun 2015 ini makin jelas terasa. Palangkaraya, Kalimantan Tengah sebagai kota dengan intensitas kabut asap terparah di Indonesia hampir lumpuh total akibat bencana asap dua bulan terakhir. Selain faktor pendidikan, dampak terburuk dari kabut asap pun menghantam telak faktor ekonomi. Imbasnya di beberapa provinsi di Indonesia sangat luar biasa, terutama di sektor bawah. Selain asap mengganggu aktivitas dan kesehatan warga, banyak lahan perkebunan produktif juga ikut terbakar. Praktis, sektor ekonomi menengah ke bawah hancur porak poranda, setidaknya hingga masuk musim tanam lagi tahun depan.
Dikutip dari act.id, seperti yang terjadi pada Adrian Sogu (40) warga Taruna Jaya, Kabupaten Pulang Pisau, satu hektar lahan kebut karet milik keluarganya ikut terbakar. “Tahun ini kebun karet saya hancur, api datang dari berbagai penjuru. Saya dan keluarga tidak mampu menyelamatkan kebun kami,” ujar Adrian nampak murung memikirkan kerugian yang harus Ia derita.
Kebun karet yang sudah menjadi mata pencaharian keluarga selama bertahun-tahun akhirnya ludes terbakar tak tersisa. Entah berapa puluh juta bahkan ratusan juta kerugian yang harus Ia alami.
Adrian Sogu hanya seorang dari ribuan petani kelas bawah lain yang bernasib serupa. Tak hanya dialami oleh Adrian Sogu saja, masih banyak ratusan bahkan ribuan hektar perkebunan warga ikut terbakar akibat kebakaran lahan hutan gambut yang menjurus mustahil untuk dipadamkan. Tanpa hujan deras yang sangat lebat, memadamkan kebakaran di lahan gambut serupa dengan memadamkan api di lautan luas yang tergenang minyak. Progress-nya nihil.
Tidak hanya petani, kondisi perekonomian dari sektor kelautan yang harus dialami para nelayan pun ikut terpuruk. Semenjak kebakaran hutan gambut yang mengakibatkan asap pekat di mana-mana, tangkapan ikan nelayan di sepanjang sungai Barito menurun drastis. Bahkan sebagian besar nelayan sudah tidak mengarungi sungai Barito lagi, mereka lebih memilih tinggal di dalam rumah karena pencemaran udara di luar sudah sangat membahayakan kesehatan mereka. Sungai Barito, sungai sepanjang kurang lebih 909 kilometer yang membentang dari hulu di Kalimantan Tengah dan berakhir di Kalimantan Selatan selama ini memang memiliki arti penting bagi nelayan kelas bawah.
Menghadapi kerawanan ekonomi di kalangan masyarakat bawah, Aksi Cepat Tanggap dan Masyarakat Relawan Indonesia Kalteng berinisiatif membantu mengurangi beban ekonomi warga akibat dampak kabut asap dengan memberikan paket sembako.
“Untuk tahap awal kita distribusikan paket sembako di Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya, selanjutnya akan merambah ke beberapa kabupaten terdampak lainnya,” ujar Komandan Tim Tanggap Darurat, Kusmayadi, Minggu (25/10)
Lokasi pendistribusian paket sembako dilakukan pada Sabtu (23/10) yang pertama di Desa Marang Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya. Desa dengan mayoritas penduduk nelayan Sungai Rungan ini, ACT mendistribusikan paket sembako sekaligus memberikan masker N-95 kepada warga.
Lokasi lain adalah Desa Taruna Jaya, Kecamatan Jabiran Raya, Kabupaten Pulang Pisau, di desa ini ACT dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) harus menempuh perjalanan jalan kaki sejauh 4 km kemudian dilanjutkan perjalanan melalui sungai dengan menggunakan perahu klotok sekitar satu jam.
Warga Desa Taruna Jaya bergembira mendapatkan bantuan paket sembako. Seperti kata Desi (35) guru TPA di Desa Taruna,” Kami sangat berterima kasih atas bantuan ini. Doakan, semoga bencana asap yang menimpa kami segera berakhir,” harap Desi. (adng)