Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Alasan Mengapa Negara Teluk Enggan Menerima Banjir Imigran Suriah

11 September 2015   10:26 Diperbarui: 11 September 2015   10:51 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan terakhir, publik dunia ramai membincangkan urusan kemanusiaan yang sedang melanda Timur Tengah dan Eropa. Banjir imigran dari Suriah dan beberapa negera Timur Tengah lainnya seketika membuat kewalahan negara-negara di benua biru. Lantas pertanyaan pun menyeruak, ketika Eropa membuka keran lebar bagi para imigran Suriah, mengapa negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dll terkesan enggan untuk menampung para pengungsi? Padahal secara geografis, negara-negara Teluk berdekatan dengan Suriah dan memiliki ekonomi yang super kuat.

Lantas apa yang menjadi alasan negara teluk enggan menerima banjir pengungsi Suriah?

Dikutip dari laman CNN, seorang pengamat Timur Tengah dari The Middle East Insitute, Zuhairi Misrawi mengatakan alasan utamanya dari minimnya respons negara teluk terhadap banjir pengungsi kemungkinan besar adalah karena ketidaksiapan.

Kenyataannya memang negara-negara kaya di semenanjung Arab punya fasilitas hidup yang melimpah namun penduduknya hanya sedikit. Jadi mereka tidak siap untuk menampung jutaan aliran pengungsi dari negara-negara yang sedang berkonflik seperti Suriah, Yaman, dan Palestina.

Mengacu pada data dari komisi pengungsi bentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNHCR, hari ini ada sekitar 4 juta jiwa warga Suriah yang terdampak perang di negaranya setelah tentara militer berkonflik panjang dengan kelompok bersenjata ISIS. Sekitar empat juta warga Suriah itu mengungsi ke lebih dari 100 negara di seluruh dunia.

Lalu alasan kedua adalah karena sejarah panjang negara-negara di semenanjung Arab yang memang tidak punya budaya menerima pengungsi, seperti yang dikutip dari laman CNN. Dalam sejarahnya, negara Arab hanya pernah menerima pengungsi dari Palestina setelah jutaan warga Palestina tersingkir dari tanah mereka akibat pendudukan Israel pada 1948.

Namun alasan yang paling masuk akal dan bisa menjawab mengapa jutaan gelombang pengungsi Suriah kini lebih memilih Eropa sebagai tujuan pengungsian adalah karena perlakukan orang Eropa dan Amerika nyatanya memang lebih baik dan menarik terhadap para pengungsi.

Data terakhir dari UNHCR menunjukkan sedikitnya ada 366 ribu imigran yang sudah menyebrangi laut mediterania melalui Turki untuk mencapai daratan Eropa Barat seperti Jerman.

Seperti yang diketahui, Jerman memang memiliki daya tarik yang teramat kuat bagi para pengungsi korban konflik Suriah. Terakhir, di akhir Agustus 2015 lalu, Jerman mengakui telah menampung lebih dari 18 ribu pengungsi! Angka yang fantastis! Lebih dari 18 kali lipat dari jumlah pengungsi Rohingya yang ditampung Indonesia di Aceh.

Dikutip pula dari laman CNN, Jerman menjadi tujuan favorit karena tiga pilar penting negara Jerman yaitu demokrasi kuat, sejarah panjang penerimaan imigran, dan stabilitas ekonomi. Bahkan belum lama ini, pemerintah Jerman memutuskan untuk menggelontorkan anggaran tambahan sebesar 3 miliar euro untuk negara bagian dan kota-kota dalam mengatasi pengungsi. Tak hanya itu, pemerintah juga berencana mengeluarkan tiga miliar euro lagi untuk tunjangan kesejahteraan pengungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun