ACTNews, JAKARTA - Sinergi kemanusiaan peduli krisis sosial yang dipicu kebakaran hutan dan kabut asap, menautkan pemusik Geisha, musisi Musica Studio dan aktris Meyda Safira dengan lembaga kemanusiaan ACT Foundation. Peduli saja tak cukup. Perlu langkah nyata menolong mereka yang kena dampak kabut asap. Habis menggalang dana, kampanye di radio, woro-woro di media sosial, nampaknya krisis belum selesai dan gelombang dukungan belum memadai dibanding krisisnya sendiri. Sebua konser dihelat bertempat di Plaza Atrium, kawasan Senen, Jakarta, 30 Oktober 2015.
ACT telah menerjunkan tim rescue di sejumlah lokasi krisis dengan beragam bantuan, antara lain mendistribusikan masker, oksigen, bantuan layanan medis termasuk program mencuci hidung yang dilakukan relawan medis sejumlah dokter dan paramedis, bahkan pemberian bantuan pangan. “Yang heroik meski memerlukan peralatan dan keahlian, aksi pemadaman sejumlah titik api. Kami lakukan dengan membuat sumur-sumur dadakan, mendekat ke area yang dipadamkan,” kata Iqbal Setyarso, Direktur Komunikasi ACT. Iqbal mengatakan, dalam tiga bulan terakhir terjadi perubahan jumlah titik api.
“Kalau Agustus lalu ada 14.199 titik api, September melonjak menjadi 39.672 dan Oktober ini sedikit menurun tapi masih ribuan yakni ada 37.526 titik api se Indonesia,” kata Iqbal. Dari sisi korban, penyandang infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA) ada 499.234 jiwa, sedangkan terpapar kabut asap mencapai 43 juta jiwa. Para pelajar juga tak luput menjadi korban kabut asap ini. Sebanyak 4,6 juta lebih siswa dari SD hingga SMA di Sumatera dan Kalimantan terpapar kabut asap.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis data jumlah siswa terpapar kabut asap hingga 23 Oktober 2015 sebanyak 4.692.537 jiwa.
Jumlah tersebut berasal dari 66 Kabupaten dan 9 provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan seperti Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Riau. Provinsi Sumatera Selatan memberi angka terbesar siswa terbanyak terdampak dengan jumlah mencapai 1.018.144 siswa, disusul Provinsi Riau dengan jumlah 857.416 siswa, dan Kalimantan Barat dengan 705.176 siswa.
Meski konsentrasi kabut asap sejak Kamis kemarin (29/10) dikabarkan oleh BMKG mulai berkurang karena sudah mulai turun hujan deras di sejumlah wilayah, namun kondisi di wilayah-wilayah tersebut masih memerlukan perhatian. Di wilayah Kalimantan Selatan misalnya, berdasarkan pantauan tim pemadam ACT, di beberapa titik masih ada kabut tipis. Di wilayah ini Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), pukul 09.00 ada di angka 59,79 gr/m3 (sedang). Masih ada hotspot kebakaran sebanyak 173 titik, jarak pandang 700 m pukul 07.00 dan 5 km di atas pukul 10.00.
“Data-data tersebut bukan jumlah kecil, jadi pasti masih perlu kebersamaan kita semua mengatasinya. Karena setelah ini pastilah yang dibutuhkan oleh masyarakat korban asap adalah pemulihan kesehatan mereka,” ujarnya. ACT mustahil bekerja sendiri meski terus bersuara. “Kalau kami mengatakan sudah melakukan banyak hal, semata-mata wujud kesungguhan mencari solusi, mencoba mengerakkan lebih banyak anak-anak bangsa untuk peduli. Elemen kemanusiaan, entitas sosial manapun, bergerak fokus pada solusi.”
Para musisi Geisha mengaku tersentak, sangat terpukul dan terpanggil untuk berbuat dan menggerakkan sebanyak-banyaknya orang untuk melakukan sesuatu. “Kami berasal dari Pekanbaru. Keluarga kami masih di sana. Kami mewakili korban kabut asap yang sudah makin mematikan. Mari, lakukan yang terbaik untuk segera menyelesaikan krisis asap ini,” ujar Narova Morina Sinaga atau Momo Geisha, sang vokalis. Ia sedih, mendengar ibu hamil sampai keguguran lantaran kabut asap ini, bayi-bayi yang lahir tak berumur panjang, selebihnya dalam kondisi kritis.
Rahmad Ramadhan atau Dhan Geisha mengatakan, ibunya sudah capek pakai master setiap hari. “Kasihan, kita mau menengok saja, khawatir tidak bisa segera sampai, karena penerbangan juga terganggu,” ujar Dhan Geisha (keyboardist). M. Adolfis Tetelepta,
Artis Management Musica Studio's, menuturkan pernah sekali waktu Geisha tampil di Kota Palembang yang masih berasap. Momo dan kawan-kawanya hanya bisa menunggu di hotel, tak bisa kemana-mana. “Dari hotel ke Jakabaring (lokasi tampil), selesai tampil langsung kembali ke hotel. Udaranya pekat dengan asap, mata kami sampai terasa pedas dan berair,” tutur Ofis, sapa Adolfis.
Konser kemanusiaan Jumat malam ini, 30 Oktober 2015, menjadi momentum penegasan ajakan peduli. Bersama Geisha akan tampil juga aktris Meyda Safira yang akan membacakan puisi kepedulian, Friday dan Bahas Aksara Band. Mereka mengajak penonton di Atrium untuk memberikan donasi terbaiknya, lebih dari sekedar menandatangani petisi, atau ikut aksi demo. Kepedulian ini harus terus disuarakan, terus disatukan langkahnya sampai menjadi gelombang kebaikan yang besar dan mematikan api yang berkobar, menetralisir kabut asap yang masih menyekap, memulihkan aktivitas ekonmi, sosial, pendidikan di daerah yang masih diteror asap.
Konser kemanusiaan ini terbuka untuk umum, tak berbayar namun pengunjung diajak berdonasi yang disalurkan untuk membantu korban kabut asap melalui lembaga ACT Foundation. Konser ini terselenggara berkat sinergi Manajemen Musica Studio, Geisha, Friday, Plaza Atrium Jakarta, Radio Delta FM, NET TV dan ACT Foundation. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H