Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bertahan Hidup di Bawah Selimut Salju

18 Februari 2020   17:37 Diperbarui: 18 Februari 2020   17:37 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aksi cepat tanggapRelawan Aksi Cepat Tanggap menyiapkan makanan siap santap untuk pengungsi Suriah di Idlib. (ACTNews)

Bantuan pangan dermawan sampai kepada para pengungsi Suriah di Idlib. Mereka adalah pengungsi yang masih bertahan hidup di tenda-tenda, sekalipun salju membekukan udara.

ACTNews, IDLIB UTARA -- Uap beraroma nasi berbumbu mengepul di dalam ruangan. Sejumlah relawan bergantian mengaduk nasi, sebagian lagi menyiapkan ayam, dan sebagian lagi menyiapkan wadah nasi. Dapur Indonesia di salah satu bangunan di Kota Idlib itu amat sibuk menyiapkan seribu porsi, Kamis (13/2).

Dapur Umum Indonesia untuk Suriah kembali digelar hingga Jumat (14/2). Makanan siap santap dua hari itu hadir atas kerja sama Bamuis dan Kitabisa. 

Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response -- Aksi Cepat Tanggap mengatakan, Dapur Umum Indonesia kali ini diperuntukkan untuk pengungsi internal Suriah di Idlib Utara. "Mereka mengungsi tanpa membawa harta benda. Para pengungsi itu mengandalkan bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup," kata Firdaus.

Ratusan ribu warga sipil yang didominasi perempuan dan anak-anak tinggal dengan makanan terbatas di suhu dingin. Mereka harus keluar dari rumah karena serangan militer. Kamp-kamp di Idlib Utara sudah lima kali lipat dari kapasitas, dengan kekurangan makanan dan air.

Tempat tersebut tidak dapat mengatasi pendatang baru lagi sebagaimana diberitakan The Guardian. Februari ini suhu di Idlib berkisar 5-13 derajat Celsius. Para pengungsi itu pun harus bertahan hidup di dalam tenda di tengah dinginnya salju.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun