ACTNews, BANDUNG – Tim Tanggap Bencana ACT-MRI Kabupaten Bandung bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah/BPBD Kabupaten Bandung dan Al-Huda Volunteer sejak Selasa Sore (7/3), hingga Rabu dinihari (8/3), melakukan evakuasi korban banjir di wilayah terpapar banjir di Kabupaten Bandung.
Kabupaten Bandung tepatnya di selatan Bandung kembali dikepung banjir. Akses utama lalu lintas dari Kabupaten Bandung menuju Kota Bandung di wilayah Dayeuhkolot, lumpuh total. Beberapa jalur alternatif menuju Kota Bandung disesaki pengendara. Aktivitas perniagaan pun terhenti. Posko pengungsian kembali dipenuhi pengungsi.
Menurut Atep Salman Al-Farisi, Komandan Tim Tanggap Bencana ACT, banjir menggenangi kawasan selatan Bandung setelah diguyur hujan deras sejak Selasa sore (7/3), yang mengakibatkan debit air di Sungai Citarum kembali meningkat. Tak hanya debit air di Sungai Citarum yang meningkat, demikian pula dengan debit air di anak-anak Sungai Citarum. Peningkatan debit air dari Sungai Citarum dan anak sungainya, mengakibatkan air sungai meluap, sehingga menggenangi rumah penduduk di sekitarnya.
“Kami Tim Tanggap Bencana ACT-MRI Kabupaten Bandung bersama elemen lainnnya sejak sore kemarin bergerak melakukan patroli sekaligus evakuasi korban di 5 Kecamatan yaitu: di Kecamatan Banjaran, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Pameungpeuk, Kecamatan Dayeuhkolot dan Kecamatan Baleendah, alhamdulilah kami berhasil mengevakuasi 100 orang lebih warga ke tempat aman,”jelas Atep.
Saat ini Tim Tanggap Bencana ACT – MRI Kabupaten Bandung terus bersiaga mengerahkan seluruh personelnya, dengan perlengkapan emergensi yang lengkap, perahu karet dan seluruh perangkatnya.
“Saat ini banjir masih belum reda, personel kami bergantian melakukan patroli dan membantu aktivitias warga yang mau bekerja dan anak sekolah yang berangkat ke sekolah. Selain itu kami juga membantu warga korban banjir mengamankan barang berharganya dari luapan banjir ke tempat lebih aman,”tambahnya.
Banjir yang mendera wilayah selatan Bandung ini kerap terjadi setiap tahunnya. Warga pun mendesak pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah segera melakukan langkah kongkret mengatasi permasalahan ‘banjir rutinan’ ini.
Seperti yang diutarakan Epul Saefullah, salahsatu korban banjir asal Dayeuhkolot, menurutnya permasalahan banjir ini terus berulang setiap tahunnya. Rencana pemerintah yang mau membangun kolam retensi untuk mengendalikan banjir saat ini belum terealisasi.
“Kami berharap pemerintah segera merealisasikan rencana pembangunan kolam retensi untuk mengendalikan banjir, supaya kami tidak terus menderita seperti ini lagi, apabila hujan deras datang,”pinta Epul.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H