ACTNews, JAKARTA - Bentangan alam Pulau Jawa yang demikian subur tak lepas dari jajaran Gunung berapi vulkanik yang terpancang di atasnya. Dari ujung barat hingga timur Pulau Jawa, gagahnya puluhan gunung berapi seakan menopang Jawa yang dihuni lebih dari 141 juta penduduk Indonesia. Ensiklopedi populer, Wikipedia mencatat Pulau Jawa memiliki konsentrasi gunung berapi aktif paling tinggi di Indonesia.
Dari ujung barat di Selat Sunda sampai di timur batas selat yang memisahkan Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT, Timor) 45 gunung berapi aktif menjulang di atas Tanah Jawa. Bahkan angka itu tidak termasuk 20 kawah dan kerucut minor di kompleks vulkanik Pegunungan Tinggi Dieng, dan Kerucut Muda yang baru saja terbentuk di Kompleks Kaldera Pegunungan Tengger.
Sepekan terakhir, satu gunung berapi di atas Tanah Jawa yang mulai menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik adalah Gunung Bromo. Gunung berapi aktif di Jawa Timur setinggi 2.329 meter di atas permukaan laut ini menunjukkan tren eskalasi atau peningkatan vulkanik secara bertahap.
Bahkan dalam beberapa hari ini, sudah dua kali penerbangan komersial dari bandara Abdul Rahman Salah Kota Malang ditutup untuk sementara waktu. Bandara satu-satunya di Kota Malang ini berada tak begitu jauh di sisi barat Gunung Bromo. Hembusan abu vulkanik Bromo yang tertiup terbawa angin dianggap berbahaya bagi penerbangan pesawat dari dan menuju Kota Malang.
Status terakhir yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo, dan BPBD Provinsi Jawa Timur menyebut Gunung Bromo masuk dalam status waspada level II. Peningkatan seismik yang dipantau setiap harinya membuat simpulan awal: Bromo berada dalam tren peningkatan aktivitas vulkanik yang cukup masif.
Selama sepekan terakhir, pantauan visual dari Pos Pengamatan Gunung Bromo melaporkan adanya kepulan asap putih menyembul dari dalam kawah. Tinggi asap memuncak antara 300 meter sampai dengan 1.000 meter dari mulut kawah. Tiupan angin cenderung ke arah barat dan barat daya menuju ke arah Kota Malang. Sementara itu, pantauan sinar api atau lontaran material pijar tampak menyembul setinggi 50 meter dari puncak kawah. Beberapa kali suara dentuman lemah sampai sedang pun terdengar samar dari dalam dapur kawah.
Imbas dari eskalasi peningkatan vulkanik Gunung Bromo ini, hujan abu tipis sudah mulai mengarah ke pemukiman warga. Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut hujan abu tipis di beberapa desa di Timur Laut Bromo. Abu vulkanik tipis mengarah ke Desa Lodokombo, Desa Wonokerso, dan Desa Sumberanom Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo.
Ading Fachruddin, Punggawa Senior dari Tim Disaster Emergency and Relief Management (DERM) ACT mengatakan, peningkatan aktivitas vulkanik gunung berapi tak boleh diabaikan. “Dua gunung berapi yang menjadi prioritas waspada sampai hari ini adalah Bromo dan Sinabung. Malah ada kecenderungan Sinabung sedang berada di fase yang mengkhawatirkan,” ujar Ading.
Selain Bromo, Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara dikabarkan sedang mengalami fase vulkanik jauh lebih mengkhawatirkan dibanding Bromo. Pantauan relawan Tim ACT Medan yang siaga di kaki Gunung Sinabung mengatakan ada guguran lava pijar dan dua kali letusan abu setinggi 1.500 meter dalam beberapa hari terakhir.
Hal ini pun dibenarkan dengan rilisan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dua hari terakhir, Sinabung sempat mengeluarkan lelehan lava pijar dan letusan abu vulkanik skala sedang. Sabtu malam, 16 Juli 2016 sekitar pukul 21.55 WIB. Guguran lava pijar berwarna merah menyala mencapai jarak luncur 1.500 meter ke arah selatan tenggara. Sementara itu, volume kubah lava di puncak Sinabung terus membesar. Kini diperkirakan ada 1.7 juta meter kubik material vulkanik terkunci di balik selaput tipis kubah lava Sinabung. tinggal menunggu waktunya untuk meletup dan mengalirkan jutaan material vulkanik itu ke lereng Sinabung. []
Penulis: Tim DERM Aksi Cepat Tanggap & Shulhan Syamsur Rijal
sumber gambar reuters
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H