Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Money

Hujan Abu dan Air, Derita Pengungsi Sinabung Belum Berakhir

2 Maret 2016   10:37 Diperbarui: 2 Maret 2016   11:10 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="warga sinabung"][/caption]

KARO – Masalah kesehatan dan ekonomi mengancam kehidupan para pengungsi korban letusan Gunung Sinabung, Kabupaten Tana Karo, Sumatera Utara. Hal itu disebabkan sebaran abu vulkanik selama sepekan yang lalu, dan ancaman gagal panen warga pengungsi atas pohon palawija yang mereka tanam.

Pada 13 Februari yang lalu, Gunung Sinabung kembali meletus. Selain menyemburkan lava pijar, Sinabung juga menebarkan hujan abu cukup masif dalam radius 10 kilometer di sekitar gunung. Abu vulkanik tersebut jatuh di lahan-lahan pertanian warga pengungsi.

“Rata rata tanaman yang tertutup abu vulkanik saat ini adalah tanaman palawija seperti tomat, cabai, kentang, kol, bawang. Masyarakat pasrah menanggung kerugian sampai puluhan juta rupiah. Di samping itu, kesehatan masyarakat juga terancam akibat tebalnya abu vulkanik yang menghujani desa mereka,” tutur relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Susanto Ginting dari Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Selasa (1/3).

Selain ancaman abu vulkanik dan gagal panen, kelangkaan air bersih saat ini juga masih menjadi kendala pengungsi menjalani hidup normal. Kendati ACT telah membangun dua sumur yang dibiayai dari dana wakaf masyarakat namun masih belum mencukupi kebutuhan air bersih bagi pengungsi yang ada di sembilan titik di sekitar Gunung Sinabung.

“Kami berharap masyarakat memberikan bantuan kemanusiaan bagi pengungsi korban letusan Gunung Sinabung, yang meletus sejak lima tahun yang lalu dan belum ada tanda-tanda akan berhenti,” harap Susanto Ginting, yang telah membersamai pengungsi lebih dari tiga tahun ini,

Susanto bersama relawan ACT lainnya, sempat berkeliling ke berbagai desa di sekitar Gunung Sinabung, yang berada dalam radius 5-10 kilometer dari gunung.

“Memprihatinkan, banyak tanaman tertimbun abu, dan makin rusak akibat hujan abu, yang disusul hujan air, yang membuat daun-daun tanaman rusak akibat tak kuat menahan debu vulkanik yang basah oleh air hujan,” tutur Susanto.

Seorang pengungsi, Arlina Sitepu, tak kuasa menahan kesedihannya, menyaksikan tanaman palawija yang tadinya tumbuh sumur dan segar, kini rontok oleh abu.

"Beginilah nak, air bersih kami harus beli, kami menanan tanaman agar bisa dijual dan uangnya kami pakai kebutuhan sehari-hari, hancur semua. Kami tidak tahu lagi harus berbuat apa, semoga ada yang membantu kami keluar dari kesulitan ini," tutur Arlina Br Sitepu kepada relawan dari ACT.

Santo menuturkan, saat ini, saat ini belum muncul gagasan yang menyeluruh untuk menangani pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun