Selama ini Afrika dikenal dunia sebagai benua yang penuh masalah kompleks. Segala ketimpangan kesehatan, perang antar saudara, kemiskinan parah, dan bermacam bentuk kekacauan sosial terhampar di negara-negara Afrika. Namun dibalik semua asumsi itu, kini Afrika mulai bergerak menuju peradaban yang lebih baik. Banyak kabar tentang kebaikan dan perkembangan datang dari Afrika. Bahkan di penghujung Desember 2015 ini, satu lagi kabar baik datang dari Afrika, Gambia sebagai salah satu negara dunia ketiga menproklamirkan negaranya resmi sebagai negara Islam. Artinya segala urusan negara mulai dari hukum, ekonomi dan kebijakan sosial merujuk pada nilai-nilai kebaikan dalam Islam.
Kabar ini jelas menjadi informasi baik terlebih bagi komunitas masyarakat Eropa dan dunia barat yang sempat memandang miring Islam akibat dari rentetan serangan teror yang mengatasnamakan agama. Perubahan status Gambia sebagai negara Muslim ini akan menjadi salah satu faktor yang bisa mengembalikan lagi pandangan terhadap Islam sebagai ajaran kebaikan yang menghormati hak-hak warga negara manapun. Tanpa perlu sama sekali memamerkan kekuatan dan menggunakan kekerasan.
Dilaporkan dari Antara, Presiden Gambia Yahya Jammeh telah mengumumkan sebuah pernyataan yang menjadi sejarah baru di Benua Afrika. Presiden Jammeh menegaskan bahwa Gambia mulai Desember tahun 2015 adalah negara Islam yang damai yang menghormati semua hak-hak warga negaranya. Bahkan hak kaum minoritas pemeluk agama lain di Gambia akan tetap dihormati dan dihargai tanpa perlu mengecam dan melakukan tindakan kekerasan yang justru sama sekali tak dibenarkan oleh agama. Kaum wanita beragama minoritas di Gambia pun tak akan mendapat paksaan untuk menggunakan busana sesuai syariat Islam.
Pengumuman ini muncul ketika Presiden Jammeh berpidato di depan para pendukungnya di Brufut, kota di pesisir barat Afrika pada Kamis, kemudian pidato dan komentar-komentarnya disiarkan di televisi negara.
Satu hal dari kebijakan Presiden Yahya Jammeh yang patut menjadi contoh oleh masyarakat Indonesia adalah toleransi perbedaan yang sangat dijunjung tinggi.
Presiden Jammeh mengatakan bahwa pemeluk agama Kristen dan agama minoritas lain di Gambia akan tetap dihormati, perayaan Natal di akhir Desember 2015 pun akan tetap berlanjut.
“Tak seorangpun memiliki hak untuk mencampuri “pandangan hidup” orang lain. Saya tidak memilih siapapun sebagai polisi Islam. Cara berbusana kaum wanita bukan urusanmu,” ujarnya., seperti dilansir dari Antara.
Republik Gambia adalah sebuah negara yang berada di pantai barat Afrika. Ibukota Gambia adalah Banjul dan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi negaranya. Berdasarkan statistik populasi penduduk tahun 2013, penduduk Gambia berjumlah 1,882,450 jiwa. 90% dari total populasi penduduk Gambia adalah Muslim. Delapan persen lainnya adalah Kristen dan sisanya adalah penduduk yang masih memegang kepercayaan lokal. Presdien Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia yang sudah memerintah negara itu sejak tahun 1994 silam. Hingga hari ini tak ada yang bisa mengusik posisi Yahya Jammeh sebagai seorang presiden. Dalam berbagai kesempatan, Presiden Yahya Jammeh selalu memegang Al-Quran dan tasbih(cal)
img : haaretz.com