Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ternyata Pakai Masker Bukan Cara Utama Cegah Dampak Buruk Kabut Asap

19 Oktober 2015   13:12 Diperbarui: 19 Oktober 2015   13:12 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

img : suara.com

Asap masih mengepung. Beragam titik api baru terus bermunculan menggantikan titik api yang telah sukses dipadamkan. Entah sampai kapan kabut asap pemicu infeksi saluran pernapasan akut ini dapat berakhir. Mungkin memang masih harus menunggu sampai akhir tahun 2015 nanti, ketika musim hujan betul-betul datang dan memadamkan ribuan titik kebakaran hutan.

Ketika bencana asap semakin mengkhawatirkan dan membahayakan, ribuan jiwa masyarakat yang selalu beraktivitas di luar ruangan tentu akan mencari dan membeli masker penyaring udara. Masker menjadi alat utama pencegahan dari dampak buruk kabut asap. Bahkan dalam kasus bencana asap 2015 ini masyarakat Indonesia nampak makin teredukasi dengan perbedaan fungsi dari masker biasa dan masker N95.

Harga masker yang terpaut jauh, membuat masker N95 diklaim mampu menghilangkan risiko buruk dari dampak asap. Dalam kondisi kabut asap sepekat apapun, jika sudah menggunakan masker N95 maka dianggap aman dan tak akan terlalu meracuni tubuh. Betulkah demikian?

Ternyata faktanya memakai masker bukanlah cara utama untuk mencegah dampak buruk kabut asap. Seperti yang dilansir dari laman BeritaSatu.com, Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. Dr. Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa masker tak menjadi poin penting dan bukan satu-satunya cara yang harus dilakukan untuk mencegah dampak buruk asap.

Pada dasarnya, masker bukanlah yang utama, mengapa? Karena pencegahan primer jauh lebih penting untuk mencegah dampak buruk asap pada kesehatan manusia.

Apa itu upaya pencegahan primer? Dr Agus memaparkan upaya primer untuk mencegah gangguan kesehatan akibat dampak bencana asap meliputi mengurangi aktivitas luar ruangan, menutup pintu dan jendela rapat-rapat agar asap pekat yang membawa racun tak masuk ke dalam rumah, mengubah pengaturan pendingin udara AC menjadi mode recirculate, serta yang paling penting adalah selalu menjaga kesehatan badan dengan cara hidup bersih dan higienis (selalu mencuci tangan setiap berada dalam aktivitias luar ruangan di tengah kepungan asap).

Mengapa upaya primer menjadi lebih penting ketimbang harus repot-repot membeli masker mahal tipe N95? Pada kenyataannya tubuh manusia punya antibodi atau tameng yang kuat dalam mencegah masuknya bakteri, virus dan racun partikel mikro ke dalam tubuh. Jika semua upaya primer untuk menjamin badan tetap sehat sudah dilakukan, maka tak mesti harus masker N95, penggunaan masker tipe apapun tak akan masalah. (cal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun